REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakaian Nabi Muhammad SAW selalu terlihat bersih dan rapi, baik saat ibadah maupun di luar ibadah sehingga tak jemu setiap orang memandanginya.
O. Hashem dalam bukunya Berhaji Mengikuti Jalur para Nabi menjelaskan seperti apa pakaian Nabi Muhammad di luar ihram. Dia mengatakan Rasulullah bila tidak sedang berihram memakai jubah longgar (syamlah) seperti toga pakaian wisuda di zaman sekarang.
"Bahan dari wol atau linen ini dikelim, dilipat, dan dijahit pinggirnya. Namanya burdah," tulis O. Hashem di halaman 27.
Warna burdah Rasul, menurut riwayat Al-Bukhari melalui banyak pelapor, adalah kuning, putih, merah, atau hitam. Samurah bin Jundab mengatakan Rasulullah bersabda, "Pakailah baju putih semasa hidup dan kafanilah jenazahmu dengan kain putih pula."
Di bagian lain, Barra bin 'Azib mengatakan keindahan Rasulullah SAW tatkala mengenakan burdah berwarna merah. Jabir bin 'Abdullah dan Abu Ja'far Muhammad bin 'Ali malah mengatakan pada hari-hari raya Idul Fitri, Idul Adha, dan hari Jumat, Rasul mengenakan burdah merah.
"Sering juga Rasul SAW mengenakan baju berwarna kuning yang dicelup dengan wars dan zafaran seperti dilaporkan Qais bin Sa'd bin 'Ubadah, Ummu Salamah, dan lain-lain," katanya.
Atha dan lain-lain menyampaikan Rasulullah sering juga memakai burdah berwarna hijau. Hadits-hadits di atas menunjukkan Nabi Muhammad ingin menunjukkan kepada umatnya bahwa mereka boleh mengenakan pakaian dengan warna apa saja sesuka mereka. Di samping kain linen, Rasulullah SAW juga memakai burdah dari wol yang berwarna putih atau dicelup hitam seperti dikatakan Aisyah dan Abu Burdah.
Pakaian yang tidak disukai Rasulullah adalah pakaian sutra. Anas bin Malik melaporkan sekali waktu, Rasulullah mendapat hadiah berupa pakaian sutra dari Raja Romawi. Setelah dicoba, beliau melepasnya dan mengatakan pakaian sutra ini tidak pantas bagi orang bertakwa.