Kamis 23 Dec 2021 16:33 WIB

Perdana Setelah Wuhan, China Lockdown Ketat Kota Xi'an

Dari tambahan kasus baru Covid-19 di Xi'an belum ditemukan varian Omicron.

Warga Beijing, China, mengenakan masker sebagai upaya pencegahan Covid-19. Sejak Kamis (23/12), Pemerintah China melakukan lockdown terhadap Kota Xian yang berpenduduk 13 juta jiwa setelah kasus baru muncul dalam jumlah signifikan.
Foto: AP Photo/Mark Schiefelbein
Warga Beijing, China, mengenakan masker sebagai upaya pencegahan Covid-19. Sejak Kamis (23/12), Pemerintah China melakukan lockdown terhadap Kota Xian yang berpenduduk 13 juta jiwa setelah kasus baru muncul dalam jumlah signifikan.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Kamran Dikarma, Lintar Satria Zulfikar, Fergi Nadira, Antara

China tidak pernah main-main ketika berhadapan dengan virus corona jenis baru. Mulai hari ini, China melakukan karantina wilayah atau lockdown di Kota Xi’an setelah muncul 127 kasus Covid-19 di sana.

Baca Juga

Semua penduduk di Xi’an yang berjumlah 13 juta orang dilarang meninggalkan rumah mereka, kecuali untuk membeli bahan pokok atau keadaan darurat. Semua perjalanan dari dan ke kota tersebut ditangguhkan. Jika ada kebutuhan mendesak untuk bepergian ke sana dan sebaliknya, diperlukan izin resmi.

Lockdown di Xi'an merupakan karantina terketat yang pernah diterapkan China sejak virus corona pertama kali muncul di Wuhan pada awal 2020. Infeksi Covid-19 di Xi’an dilaporkan telah menyebar ke 14 distrik di sana. Namun pemerintah belum melaporkan adakah varian Omicron yang ditemukan.

Lockdown di Xi’an yang sangat ketat itu memicu kekhawatiran masyarakat yang memiliki sanak saudara di wilayah itu. “Saya sudah lama tidak takut dengan epidemi, tapi kali ini berbeda karena anak saya masih di Xi’an,” kata seorang warga China di media sosial Weibo, dikutip laman The Guardian, Kamis (23/12).

Hotel di Xi'an juga menutup pintunya bagi tamu. "Kami tidak menerima tamu apa pun dan tidak ada tamu yang diizinkan meninggalkan hotel," kata seorang resepsionis Hanting Hotel di Xi'an yang hanya memberikan nama depannya, Li.

"Kami juga mewajibkan para tamu untuk melakukan tes setiap dua hari sekali. Ini akan berdampak pada bisnis kami dan kami tidak tahu sampai kapan ini akan berlangsung," tambahnya, dikutip dari AP.

Seorang pemilik toko buku setempat mengatakan ia sudah tutup selama 10 hari. "Takut situasi pandemi semakin memburuk," kata pemilik toko yang nama depannya Xiao. "Sekarang saya diam di rumah menonton televisi," ujarnya.

Penduduk di Ibu Kota China era Dinasti Qin itu memang tidak diizinkan meninggalkan wilayahnya mulai Kamis dini hari. Otoritas Ibu Kota Provinsi Shaanxi itu juga menutup 3.574 unit sekolahan dan mewajibkan para murid mengikuti kelas daring. Objek wisata, termasuk Museum Prajurit Terakota yang sangat populer hingga mancanegara itu juga ditutup, sementara para pekerja disarankan bekerja dari rumah.

Belum diumumkan berapa lama lockdown di Xi’an bakal diberlakukan. Dalam tes PCR massal pada Ahad (19/12) terjaring 42 kasus, lalu pada Senin (20/12) didapati 52 kasus. Kemudian tes massal putaran kedua ditemukan 127 kasus pada warga lokal.

Kode kesehatan digital sempat tidak berfungsi pada Senin (20/12) sehingga menyulitkan beberapa orang yang baru datang di salah satu kantung etnis minoritas Muslim Huimin di wilayah barat China itu. Sebelumnya otoritas Xi'an menyebutkan kasus positif Covid-19 varian Delta tersebut berasal dari penerbangan nomor PK854 dari Islamabad, Pakistan, tujuan Xi'an pada 4 Desember. Kluster Xian telah menyebar ke dua kota di Provinsi Shaanxi, Provinsi Guangdong, dan Beijing.

Dikutip dari Reuters, warga Xi'an yang ingin keluar dari kota harus menunjukkan hasil PCR negatif Covid-19 sebelum keberangkatan. Mereka juga harus mendapatkan izin dari atasan atau pejabat tingkat komunitas.

Layanan bus jarak jauh sudah tidak ada sejak aturan lockdown diberlakukan. Pemerintah juga melarang taksi dan kendaraan platform online untuk beroperasi. Petugas kepolisian berjaga dan akan meminta warga yang keluar rumah untuk kembali ke kediamannya.

Dalam video livestreaming dari petugas polisi lalu lintas yang dilihat Reuters, tampak jalan utama di Xi'an tampak jalanan hampir kosong. Mulai hari ini, hanya satu orang dari setiap rumah di Xi'an yang boleh keluar untuk melakukan kegiatan yang sifatnya mendesak, misalnya berbelanja bahan makanan. Kegiatan tersebut diizinkan dilakukan satu kali dalam tiap dua hari. Anggota keluarga lainnya tidak dibolehkan keluar rumah, kecuali bekerja di sektor yang masuk kategori esensial  

China diketahui sudah menemukan kasus Omicron di tiga provinsi. Hal itu mendorong mereka untuk mengejar pendekatan “nol-Covid” dengan gigih. Pada Februari tahun depan, China bakal menghelat Olimpiade Musim Dingin Beijing.

China menerapkan beberapa tindakan paling ketat di dunia dalam rangka melenyapkan infeksi Covid-19. Langkah yang diambil termasuk pembatasan perjalanan ketat, pengujian wajib massal, dan karantina wajib untuk kontak dekat. Peraturan itu telah menempatkan puluhan ribu orang ke dalam karantina wajib dalam beberapa bulan terakhir.

Negeri Tirai Bambu memang terbilang berhasil mengendalikan pandemi. Meski Covid-19 pertama kali ditemukan di Wuhan pada akhir 2019, sejauh ini negara tersebut hanya mencatatkan 101 ribu kasus dengan korban meninggal sebanyak 4.636 jiwa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement