REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Harga telur ayam di Cirebon saat ini terus mengalami kenaikan. Sejumlah agen telur bahkan sulit memperoleh pasokan telur dari peternak.
Salah seorang agen telur dari Kabupaten Cirebon, Syahri Romdhon, mengatakan, sulitnya memperoleh pasokan telur dari peternak itu terjadi sejak awal Desember 2021. Menurutnya, para agen telur harus memesan terlebih dulu kepada peternak.
"Jadi tidak langsung. Harus menunggu dulu," kata agen telur yang akrab disapa Aray itu, Kamis (23/12).
Aray mencontohkan, jika memesan telur pada Senin, maka pesanan telur itu baru bisa diperolehnya pada Kamis. Padahal biasanya, telur dari peternak bisa langsung didapatkannya tanpa harus menunggu berhari-hari. "Sekarang jumlahnya pun dibatasi," ucap dia.
Aray menjelaskan, para peternak saat ini harus membagi setok telur yang ada dengan agen-agen lainnya. Karena itu, setiap agen tidak bisa mendapatkan pasokan telur sesuai keinginan mereka.
Menurut Aray, kondisi itu terjadi sejak adanya bantuan pangan non tunai, dimana salah satu komoditas utamanya adalah telur. Dia menyatakan, telur yang ada di peternak banyak terserap untuk memenuhi kebutuhan bantuan pangan tersebut hingga akhirnya harga telur menjadi naik.
"Sekarang mau jualan juga bingung. Harganya sudah terlalu tinggi," tutur Aray.
Aray menyebutkan, hari ini, harga telur ayam di tingkat peternak bahkan sudah mencapai Rp 28 ribu - Rp 29 ribu per kilogram. Harga itu dipastikan akan lebih tinggi lagi setelah sampai di tingkat konsumen.
Salah seorang pedagang kelontong di Pasar Pagi Kota Cirebon, Rohman, menyebutkan, harga telur ayam yang dijualnya saat ini senilai Rp 28 ribu per kilogram. Telur itu diperolehnya dari agen beberapa hari yang lalu.
"Kalau harga telur di tingkat agennya nanti naik, ya harga jual ke konsumen juga naik lagi," kata Rohman.
Selain telur, komoditas lainnya yang mengalami kenaikan adalah daging ayam potong. Hari ini, daging ayam potong dijual seharga Rp 37 ribu per kg.
"Harganya naik Rp 1.000 dibandingkan kemarin," ujar seorang pedagang ayam potong di pasar tersebut, Ida.
Ida mengatakan, kenaikan harga itu tak hanya menyulitkan konsumen, tapi juga pedagang. Pasalnya, omset dagangan mereka jadi menurun karena konsumen mengurangi pembelian mereka.
Sebelumnya, harga cabai rawit merah di pasar tradisional di Kabupaten Indramayu lebih dulu naik dan menembus Rp 100 ribu per kilogram (kg). Dalam kondisi normal, harga cabai rawit merah hanya di kisaran Rp 30 ribu – Rp 35 ribu per kg.
"Harga naik terus sampai sekarang sudah Rp 100 ribu per kg," ujar Opik saat ditemui Republika di Pasar Baru Indramayu, Rabu (22/12).