REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG TENGAH -- Ada momen menarik yang terjadi sesaat sebelum pembukaan Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) di Pesantren Darussa’adah, Lampung Tengah, Selasa (22/12).
Saat itu, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar dan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa bertemu berangkulan. Kedua ketum didampingi sekjen masing-masing, yaitu Sekjen PKB Hasanuddin Wahid dan Sekjen PPP Arwani Thomafi.
Di kesempatan itu, Arwani menyebut bahwa pertemuan antara elit PKB dan PPP di Muktamar NU merupakan hal biasa, karena dua partai ini memang mempunyai sejarah yang tidak bisa dilepaskan dari NU. Salah satu pendiri PPP adalah Partai NU pada 1973, begitu juga dengan PKB yang didirikan para kiai NU. Sejarah inilah yang membuat keduanya tidak bisa dilepaskan dari NU.
"Pertemuan PPP dan PKB di muktamar adalah murni karena punya kedekatan sejarah dengan Nahdlatul Ulama,” kata pria yang akrab disapa Gus Sekjen itu.
Saat dikonfirmasi apakah pertemuan ini merupakan sinyal bahwa kedua partai akan berkoalisi pada Pemilu 2024 mendatang, Arwani mengatakan jika sampai saat ini belum ada pembicaraan koalisi, namun murni silaturrahmi sebagai warga Nahdliyin.
“Banyak kader PPP maupun PKB yang menjadi pengurus NU baik itu dari tingkat pusat hingga struktur ranting,” jelasnya.
Arwani yakin siapapun Ketum PBNU yang terpilih di muktamar akan bisa mengayomi semua warga NU.