Kamis 23 Dec 2021 22:27 WIB

Rusia Berharap Kesepakatan Nuklir Iran Kembali Dihidupkan

Rusia menilai Barat sedang mendistorsi fakta dengan menuduh Iran menunda proses.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.
Foto: AP/Mikhail Voskresensky/Pool Sputnik Kremlin
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavriv berharap kesepakatan nuklir Iran 2015 atau yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) bisa dihidupkan kembali. Lavrov juga berharap semua pihak dapat melanjutkan kepatuhan sesuai dengan kesepakatan tersebut.

Dalam sebuah wawancara dengan saluran berita Rusia, RT, Lavrov mengatakan, Barat sedang mencoba untuk mendistorsi fakta dengan menuduh Iran menunda proses.

Baca Juga

Teheran menunggu Amerika Serikat (AS) lebih dari satu tahun untuk kembali ke JCPOA dan tidak melanggar komitmennya. Menurut Lavrov, Iran hanya membatasi atau berhenti memenuhi kewajibannya setelah benar-benar yakin bahwa Washington tidak akan menarik kembali keputusannya. Iran menyatakan bahwa, mereka siap untuk menghidupkan kembali pakta itu jika AS mempertimbangkan kembali posisinya

Menurut Lavrov, pejabat AS dan Iran tidak duduk di meja yang sama selama negosiasi enam putaran di Wina yang berlangsung dari April hingga Juni tahun ini. Kedua pihak berkomunikasi melalui koordinator. Menurut Lavrov, proses mengangkat harapan bahwa kesepakatan nuklir akan dipulihkan.

“Iran saat ini punya tim baru dan mereka bekerja sangat cepat, dan terbiasa dengan materi dan menyiapkan proposal. Awalnya, beberapa negara Barat menerima ini dengan permusuhan, tetapi mereka akhirnya menyadari bahwa proposal tersebut memiliki hak untuk dipelajari," kata Lavrov, dilansir Anadolu Agency, Kamis (23/12).

Menurut Lavrov, masalah terbesar saat ini bukan tentang konten tetapi citra publik. AS dan Iran telah bersitegang terkait pihak siapa yang pertama kali akan mengumumkan kembalinya pakta tersebut.

“Iran yakin bahwa Amerika harus melakukannya karena merekalah yang pertama menarik diri dari JCPOA. Amerika percaya bahwa Iran telah mulai melanggar kewajibannya dan, terlepas dari fakta bahwa Washington tidak memenuhi kewajibannya sama sekali, Iran harus mengambil langkah pertama," ujar Lavrov.

Rusia dan China menganjurkan untuk menyinkronkan langkah tersebut. Pembicaraan saat ini telah ditangguhkan dan akan dimulai kembali setelah liburan Natal. Lavrov menekankan bahwa, semua negara anggota telah memutuskan untuk bekerja pada prinsip "tidak ada yang disepakati sampai semuanya disepakati.”

 “Iran telah mengkonfirmasi bahwa mereka akan melanjutkan implementasi penuh, termasuk protokol tambahan untuk perjanjian dengan IAEA (Badan Energi Atom Internasional) tentang jaminan komprehensif, jika AS mulai memenuhi kewajibannya dan berhenti mengancam Teheran dengan sanksi,” kata Lavrov.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement