Proses Pemerataan Lahan Relokasi Korban Erupsi Sudah Capai 50 Persen
Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Muhammad Fakhruddin
Anak-anak bermain bola di pos pengungsian erupsi Gunung Semeru di Penanggal, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (11/12/2021). Sebanyak 6.573 orang pengungsi yang tersebar di 126 titik beraktivitas di tempat pengungsian sambil menunggu proses relokasi. | Foto: Antara/Budi Candra Setya
REPUBLIKA.CO.ID,LUMAJANG -- Proses pemerataan lahan relokasi untuk korban bencana erupsi Gunung Semeru masih berlangsung hingga sekarang. Berdasarkan laporan hingga Kamis (23/12), proses ini sudah mencapai 50 persen dengan luasan 40 hektar.
Bupati Lumajang, Thoriqul Haq meninjau kembali lokasi yang akan dibuat tempat Relokasi bagi warga yang terdampak erupsi Gunung Semeru, di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kamis (23/12). Saat tiba di lahan relokasi, pria disapa Cak Thoriq ini disambut oleh Komandan Satgas Semeru, Danrem 083 Baladhika Jaya Kolonel Inf Irwan Subekti. Kemudian juga disambut oleh Dandim 0821 Lumajang, Letkol Inf Andi A Wibowo, dan Kapolres Lumajang, AKBP Eka Yekti Hananto Seno.
Pada kesempatan tersebut, Cak Thoriq berkeliling menggunakan kendaraan roda empat guna memastikan secara langsung lahan relokasi yang sudah diratakan. "Ini tempat relokasi yang berada di Desa Sumbermujur Kecamatan Candipuro. Kali ini saya mau melihat secara langsung lokasi yang paling ujung yang sekarang sedang diratakan oleh teman-teman dari satuan TNI," katanya dalam keterangan resmi yang diterima Republika, Kamis (23/12).
Menurut Cak Thoriq, lahan relokasi yang luasnya 81 hektar ini akan dibangun sekitar 2.000 rumah. Setiap keluarga akan mendapatkan tanah ukuran 10 × 14 meter persegi. Di lokasi relokasi juga akan dilengkapi sarana fasilitas umum, sosial dan kesehatan.
Untuk hunian sementara yang akan dibangun, kata dia, akan diputuskan setelah sejumlah proses pengurusan selesai. Menurut Cak Thoriq, letak hunian sementara nantinya akan berada di area belakang. Setelah tahap ini selesai, baru dipersiapkan pembangunan hunian tetap di area depannya.
"Sehingga nantinya hunian sementara dan hunian tetap akan menjadi satu," ungkapnya.
Di samping itu, Cak Thoriq menargetkan agar relokasi tersebut menjadi lebih representatif. Hal ini termasuk dengan sarana atau fasilitas olahraga dan lainnya. Dengan begitu, lokasi relokasi warga yang terdampak Erupsi Gunung Semeru akan menjadi model desa baru yang terintegrasi antara satu tempat dengan tempat yang lain.
Berdasarkan data Pos Komando (Posko) Tanggap Darurat Erupsi Gunung Semeru per 21 Desember 2021 pukul 18.00 WIB, korban meninggal akibat erupsi menjadi 51 jiwa. Penambahan korban tersebut dari warga yang sebelumnya dirawat akibat luka bakar. Selain jumlah korban meninggal, posko mencatat lima potongan tubuh ditemukan di lokasi terdampak.
Sementara itu, jumlah warga mengungsi berjumlah 10.395 jiwa yang tersebar di 410 titik pengungsian. Pengungsian terkonsentrasi di tiga kecamatan, yaitu Pasirian 17 titik dengan 1.746 jiwa, Candipuro 21 titik 4.645 jiwa dan Pronojiwo 8 titik 1.077 jiwa.
Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan, sebaran titik pengungsi juga teridentifikasi di Kabupaten Lumajang. Pengungsian juga tersebar di kabupaten lainnya seperti sembilan titik di Kabupaten Malang dengan 341 jiwa. Kemudian Blitar satu titik dengan tiga jiwa, Jember tiga titik dengan 13 jiwa dan Probolinggo satu titik dengan 11 jiwa.
Di masa tanggap darurat perpanjangan kedua ini, salah satu prioritas posko yaitu penyiapan lahan relokasi. Menurut Muhari, pihak posko dan pemerintah daerah telah menyiapkan lahan untuk pembangunan hunian sementara atau huntara. Dua lokasi telah dipilih menjadi relokasi warga terdampak erupsi, yaitu di Desa Sumbermujur di Kecamatan Candipuro dan Desa Oro-Oro di Kecamatan Pronojiwo.
Menurut Muhari, lokasi relokasi telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui surat keputusan Nomor 1256/MENLHK/SETJEN/PLA.2/12/2021. "Dan area yang diperuntukkan untuk relokasi seluas total 90,98 hektar," kata dia.