Pemkot Solo Buat Konsep Penataan Sriwedari Jadi Area Publik
Rep: Binti Sholikah/ Red: Fernan Rahadi
Jajanan Pasar Khas Solo. Aneka ragam jajanan pasar khas Solo disajikan di Plasa Sriwedari, Jalan Slamet Riyadi, Solo, Ahad (24/2) pagi. Kegiatan bertajuk Semarak Jajanan Pasar Rakyat Sala tersebut diikuti 115 pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang menyajikan 70 jenis jajanan pasar. | Foto: Republika/Binti sholikah
REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pemerintah Kota (Pemkot) Solo bakal melakukan penataan di kawasan Sriwedari. Lahan bekas Kebon Rojo (kebun raja) Paku Buwono X tersebut akan dijadikan area publik dengan konsep budaya, dilengkapi taman dan segaran.
Sekretaris Daerah (Sekda) Solo, Ahyani, mengatakan, Sriwedari merupakan aset budaya yang sangat penting di Solo. Oleh sebab itu, Pemkot tetap melaksanakan kewajiban untuk mengelola dan mengembangkan.
"Masterplan Sriwedari memang sudah dikonsep dan sudah masuk dalam rencana RPJMD dan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah). Memang ke depan disana difokuskan hanya untuk kegiatan budaya," terang Ahyani saat jumpa pers di Balai Kota Solo, Jawa Tengah, Jumat (24/12).
Dia menjelaskan, bangunan yang dipertahankan di kawasan Sriwedari nantinya hanya yang berkaitan dengan budaya, seperti Gedung Wayang Orang, Monumen PON, Museum Keris, bangunan bekas RSJ Mangunjayan, serta Museum Radya Pustaka.
"Jadi bangunannya hanya itu. Lainnya ruang publik, taman, segaran, ada gazebo di tengah segaran untuk perform. Segaran akan dikembalikan seperti desain dulu ada jembatan melengkung," kata Ahyani.
Sedangkan bangunan lain yang saat ini masih berdiri, seperti gedung Graha Wisata bakal diratakan karena akan digunakan sebagai ruang terbuka. Gedung Wayang Orang nantinya akan diubah menjadi Museum Wayang Orang yang diklaim sebagai satu-satunya di Indonesia.
"Nanti ada tambahan satu gedung teater wayang orang yang lebih representatif. Kalau yang sekarang dijadikan museum. Nanti ada gedung wayang orang yang modern," ungkapnya.
Gedung teater modern tersebut akan mengacu pada bangunan yang ada di Indonesia maupun di luar negeri. Gedung itu akan mengakomodasi pertunjukan wayang tradisional maupun pertunjukan lainnya.
Selain itu, nantinya dibangun area parkir disertai gedung pengelola dan fasilitas-fasilitas bisnis ekonomi kreatif di kawasan tersebut.
Terkait anggaran penataan, Ahyani menyebut kebutuhannya mencapai sekitar Rp 200 miliar. Namun, angka tersebut hanya untuk penataan, belum termasuk pembangunan gedung teater modern.
"Yang bentuknya bangunan akan kita hitung lagi anggarannya, dananya cukup besar. Kalau penataan kawasan bisa sedikit minimalis. Yang penting ruang terbuka bisa mengakomodasi kegiatan masyarakat yang memerlukan ruang publik," paparnya.
Nantinya, anggaran penataan kawasan Sriwedari tersebut akan dicarikan bantuan dari CSR perusahaan BUMN maupun swasta. Sebelumnya, Pemkot Solo juga membangun Masjid Taman Sriwedari dengan menggunakan dana CSR. Saat ini, progres pembangunan masjid tersebut tinggal penyelesaian akhir (finishing).
"Kita maksinalkan CSR. Tapi APBD kita gunakan untuk pengelolaan yang mendukung operasional yang ada. Kalau proyek-proyek besar kita upayakan anggaran-anggaran memungkinkan seperti CSR," ujarnya.