REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta menyiagakan mobile laboratorium untuk RDT antigen bagi wisatawan. Mobile laboratorium ini disiagakan untuk keperluan tes antigen untuk wisatawan yang masuk ke Yogyakarta, namun tidak melampirkan hasil RDT antigen.
Pasalnya, wisatawan yang datang dari luar daerah diwajibkan sudah mendapatkan vaksin dengan dosis lengkap dan menyertakan hasil RDT antigen atau PCR selama masa libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022.
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan, mobile laboratorium ini disiagakan di wilayah yang memiliki tingkat aktivitas yang tinggi selama libur Nataru. Mobile laboratorium ini sendiri merupakan unit mobil yang sudah dilengkapi dengan fasilitas untuk RDT antigen.
"Mobil-mobil tersebut kita siagakan di wilayah yang memiliki aktivitas yang tinggi ketika libur Nataru," kata Heroe di posko Gumaton, Yogyakarta, Jumat (24/12).
Salah satunya di kawasan Malioboro yang sudah disiagakan sejak menjelang Nataru. Selain itu, mobile laboratorium juga disiagakan di Alun-alun Utara dan Selatan.
"Kalau di Malioboro sudah sejak beberapa bulan lalu kita sudah melakukan itu, mobil laboratorium ini standby setiap hari Sabtu dan Minggu di depan Hotel Mutiara," ujar Heroe yang juga Ketua Harian Satgas Covid-19 Kota Yogyakarta tersebut.
Terkait dengan screening acak kepada wisatawan, Heroe menyebut, pihaknya bekerja sama dengan TNI/Polri. Posko pengawasan dan pengecekan juga sudah dibentuk, termasuk menerjunkan personel di sepanjang kawasan Tugu Pal Putih, Malioboro hingga Keraton Yogyakarta.
"Para petugas ini nantinya akan membantu agar tidak terjadi kerumunan massa dan mengingatkan wisatawan agar selalu menerapkan protokol kesehatan, terutama pemakaian masker," jelasnya.
“Iman menjadi hal sangat penting. Masyarakat indonesia itu spiritualis, dan ini sebagai pilar pertama dan utama dalam menghadapi pandemi, karena sejatinya pandemi bukan hanya berdampak pada fisik namun juga mental. Dan yang menguatkan mental tentu saja iman,” ujarnya, Jumat (24/12).
Sonny menyampaikan, tempat ibadah dan tokoh agama adalah ruang dan sumber belajar bagi masyarakat. Rumah ibadah bukan sekadar dilihat sebagai potensi klaster, namun tempat ibadah dan tokoh agama harus dilihat sebagai ruang dan sumber belajar utama.
"Saat perayaan hari besar keagamaan atau pelaksanaan ibadah, para tokoh agama bisa memberikan edukasi masyarakat cara mencegah COVID-19, pentingnya vaksinasi, prokes 3M, 3T dan sebagainya,” ujarnya.
Dibutuhkan kebersamaan untuk mengatasi pandemi dan bisa menjadi sarana edukasi bahwa pandemi belum berakhir sehingga diperlukan sikap hati-hati. Sonny mengingatkan, pada tahun lalu, terjadi peningkatan kasus hampir 4 kali lipat dalam 13 minggu, terutama karena meningkatnya mobilitas, penurunan kepatuhan prokes, dan belum ada vaksinasi.
Meski Nataru kali ini berbeda dengan tahun lalu, Sonny mendorong semua pihak tetap disiplin dan konsisten dalam kepatuhan prokes. “Tokoh agama harus jadi panutan, gunakan aplikasi PeduliLindungi sebagai skrining penerapan prokes digital. Inilah pentingnya ada satgas di setiap institusi gereja,” tegasnya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, per jika melihat situasi nasional, terjadi penurunan kasus baru mingguan sebesar 4% dan penurunan jumlah kematian juga sebesar 14% dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Testing rate dan positivity rate dan juga penggunaan tempat tidur COVID-19."Termasuk ICU dapat kita jaga dalam level aman,” paparnya.
Ia juga kembali mengingatkan, agar masyarakat berperan aktif menyukseskan vaksinasi. Terutama kelompok rentan seperti kelompok lansia, ibu hamil, orang dengan penyakit penyerta (komorbid), dan anak-anak.