REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Turki dan Qatar dilaporkan telah mencapai kesepakatan untuk mengoperasikan Bandara Internasional Kabul dan empat bandara lainnya di Afghanistan. Mereka sepakat membentuk kelompok teknis untuk mengerjakan rincian operasi dalam beberapa hari mendatang.
"Doha dan Ankara telah sepakat untuk bersama-sama mengoperasikan Bandara Internasional Kabul," kata sumber Anadolu Agency, sebagaimana dilansir dari laman Sputnik, Sabtu (25/12). Setelah itu delegasi Turki-Qatar akan mengunjungi Kabul untuk melanjutkan kerja sama.
Para pejabat Taliban di Afghanistan mengonfirmasi, mereka telah membahas rencana dengan delegasi gabungan dari Turki dan Qatar. Pembicaraan itu dilakukan saat masyarakat internasional mencari cara untuk meningkatkan pengiriman bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan ke Afghanistan lantaran jutaan orang menghadapi kelaparan ekstrem.
Juru bicara kementerian transportasi Taliban Imamuddin Ahmadi mengatakan, putaran awal diskusi dengan tim gabungan perusahaan Turki dan Qatar diadakan pada Kamis (23/12) kemarin.
Seperti dilansir dari laman VOA, dia mengatakan, pertemuan lebih lanjut direncanakan untuk awal pekan depan, tetapi belum ada kesepakatan yang tercapai sejauh ini.
Sebelum melakukan perjalanan ke Kabul pekan ini, perusahaan Turki dan Qatar menandatangani nota kesepahaman untuk mengoperasikan bandara kota Kabul, berdasarkan kemitraan yang setara. Ahmadi menambahkan, bandara lain yang sedang didiskusikan dengan delegasi Turki-Qatar berada di provinsi Afghanistan Balkh, Herat, Kandahar dan Khost.
Turki juga setuju untuk memberikan keamanan bagi Bandara Kabul setelah Taliban mengambil alih negara itu pada pertengahan Agustus lalu menyusul penarikan pasukan asing yang dipimpin AS secara tiba-tiba dari Afghanistan pada Agustus 2021.
Turki membantu pemerintah Afghanistan dan melindungi bandara selama enam tahun sampai pasukan internasional terakhir meninggalkan Afghanistan pada 31 Agustus.
Keluarnya pasukan AS yang tiba-tiba dan kacau dari negara itu merusak beberapa bagian bandara Kabul. Qatar membantu Taliban memperbaiki dan membuat fasilitas itu beroperasi kembali. Amerika Serikat dan sekutunya mengevakuasi 124 ribu warga negara asing dan warga Afghanistan yang berisiko setelah Taliban menguasai ibu kota.
Namun ribuan orang lagi ingin meninggalkan negara itu, kebanyakan mereka yang bekerja erat dengan bekas pemerintah dan militer Barat, takut akan pembalasan Taliban. Kemudian kepergian pasukan asing dan sanksi keuangan terhadap Taliban telah menjerumuskan Afghanistan ke dalam gejolak ekonomi dan memperburuk krisis kemanusiaan yang berasal dari perang bertahun-tahun, kekeringan dan tingkat kemiskinan yang tinggi.
PBB memperkirakan lebih dari setengah dari hampir 40 juta orang di negara itu menghadapi kelaparan, dengan 1 juta anak berisiko meninggal karena malnutrisi akut yang parah. Di sisi lain, Bandara Kabul saat ini menjadi rute utama untuk menerbangkan bantuan kemanusiaan ke Afghanistan dan bagi orang-orang yang ingin meninggalkan negara itu.