REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kolaborasi tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abdimas) Hibah Dikti, Telkom University (Tel-U), Kecamatan Selaawi, dan Olahkarsa menggelar Focus Group Discussion (FGD) di Aula Kantor Kecamatan Selaawi, Jumat (24/12). FGD tersebut digelar, dalam rangka Pendampingan Perancangan Model Destination Branding dan Stakeholder Engagement untuk Menciptakan Selaawi Kota Bambu yang Berkelanjutan.
"Tanggung jawab kita sekarang adalah menindaklanjuti program Selaawi Menuju Kota Bambu. Kita akan bawa bambu ke kota dan menjadi pusat perhatian masyarakat bahwa Selaawi adalah kota bambu," ujar Camat Selaawi Ridwan Effendi.
Menurut Ridwan, selama ini, pihaknya terus mendorong para perajin bambu di wilayahnya untuk berinovasi. Pemkab Garut juga, terus memfasilitasi kerajinan bambu di Selaawi menjadi lestari. Salah satunya dengan membangun gedung Selaawi Bamboo Creative Center (SBCC) yang kini dinamakan gedung Dayeuh Awi.
Bukan hanya menyiapkan infrastruktur penunjang, kata dia, pihaknya pun terus mengadakan pendampingan dan pelatihan agar perajin bambu di Selaawi semakin produktif.
"Habitat bambu di Selaawi sangat banyak. Kami kini tengah mengelompokkan rumpun bambu apa saja yang ada, juga perlu adanya pengukuran seberapa luas total areal tanaman bambu," kata Ridwan.
Kecamatan Selaawi terdiri dari tujuh desa penghasil kerajinan berbahan baku bambu dengan luas areal sangat luas, yakni Desa Cigawir, Cirapuhan, Mekarsari, Pelitaasih, Putrajawa, Samida, dan Desa Selaawi.
Selaawi pun menorehkan sejumlah prestasi di antaranya telah memecahkan empat rekor MURI secara berturut-turut, yaitu kategori sangkar burung bambu terbesar di dunia dengan diameter 5,5 meter; rangkaian sangkar burung bambu terpanjang di dunia dengan panjang lebih dari 3 km, penanaman 100 bambu dengan jumlah 100 jenis bambu, dan membaca dongeng terlama sedunia.
"Ini sebagai triger untuk mewujudkan Selaawi sebagai kota bambu, dan kami sangat berharap Selaawi menjadi percontohan di tingkat nasional dan dunia sebagai salah satu destinasi wisata yang layak untuk dikunjungi," paparnya.
Ridwan pun sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepada Kelompok Abdimas Hibah Dikti, Telkom University, dan Olahkarsa yang terus melakukan pendampingan serta pelatihan demi terealisasinya Selaawi kota bambu.
Sementara menurut Ketua Tim Pelaksana Abdimas dalam Skema Hibah Dikti, Choira Anggraini, Selaawi memiliki potensi sangat besar menjadi kota bambu dengan potensi alam dan infrastruktur yang cukup memadai. Saat ini, kata dia, yang perlu dilakukan adalah terus mematangkan konsep pencitraan (branding) dan reputasi positif melalui peningkatan kompetensi SDM perajin bambu Selaawi.
Karena itu, pihaknya berkomitmen terus melakukan pendampingan serta pelatihan sampai terwujudnya program Selaawi kota bambu. "Target kami dalam program abdimas ini adalah terbentuknya destination branding Selaawi sebagai kota bambu melalui kolaborasi multistakeholders," kata Choir.
Menurutnya, melalui pendampingan ini diharapkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kerjasama dan pelibatan berbagai stakeholders semakin meningkat. Sehingga masyarakat mulai menginisisasi destination branding untuk Selaawi menuju kota bambu. Karena itu, perlu dibentuk satuan tugas percepatan penciptaan destination branding Selaawi kota bambu melalui berbagai upaya.
Salah satu yang bisa dilakukan, kata dia, adalah mengolaboraiskan potensi-potensi yang ada seperti meningkatkan kapasitas perajin bambu, pendataan home stay di sekitar lokasi yang akan dijadikan eduwisata, publikasi, dan lainnya. Sehingga ketika orang mendengar kata Selaawi, maka akan selalu identik dengan wisata bambu.
Begitupun pada saat akan berkunjung ke Selaawi, objek wisata apa saja yang bisa ditawarkan agar wisatawan itu bisa berhari-hari menghabiskan waktu di Selaawi," kata Choir.