REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, M.Ec, Ph.D/Pimpinan BAZNAS RI
Seperempat abad yang lalu, Kongres Pustakawan dan Ilmuwan Informasi (KPII) II di Universitas Utara Malaysia pada Oktober 1986, para cendekiawan menyimpulkan bahwa dunia Muslim perlu menyiapkan strategi yang padu dan matang menghadapi era informasi di masa mendatang.
Pada saat yang sama, jurnalis yang juga akademisi Muslim di Chicago University, AS, Ziauddin Sardar, dalam buku “Information and the Muslim World: A Strategy for the 21st Century”, mengingatkan, bahwa “information revolution is a great blessing for mankind”.
Inilah yang turut direspons oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI, dengan terus beradaptasi dan menerapkan perangkat mutakhir teknologi informasi. Salah satu melalui aplikasi Sistem Manajemen Informasi BAZNAS (SIMBA) yang dikembangkan untuk dapat digunakan para pengelola zakat.
Sejak 2015, tren pengguna SIMBA semakin meningkat. Pada 2020, ada 191 pemanfaat aktif secara nasional yang terdiri atas 22 BAZNAS provinsi, 162 BAZNAS kabupaten/kota dan 7 Lembaga Amil Zakat (LAZ).
BAZNAS RI juga menyiapkan Peta Jalan Teknologi Informasi (Roadmap IT) 2021-2025 dalam kerangka “Notion Toward Full Digitalization”. Dan atas masukan dari Auditor ISO 27001, BAZNAS RI mendaftarkan hak cipta aplikasi SIMBA pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Di mana pada Oktober lalu, terbit Surat Pencatatan Ciptaan dari Kemenkumham untuk jenis program komputer. Ini berlaku selama 50 tahun terhitung sejak pertama kali diperkenalkan pada 3 Oktober 2012.
Manfaat SIMBA untuk mempermudah pencatatan setiap aktivitas pengelolaan zakat, sehingga bisa menjadi platform yang menghadirkan data dan informasi manajemen perzakatan Indonesia. Sekaligus untuk transparansi, pengendalian dan pemonitoran.
Saat ini BAZNAS RI menyiapkan SIMBA Next Generation yang ditargetkan berkolaborasi dengan banyak pihak, baik pemerintahan,perbankan, mitra pembayaran, crowdfunding platform, internal platform, dan sebagainya. Termasuk juga untuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) yang merupakan perpanjangan tangan BAZNAS di berbagai instansi (termasuk masjid), akan dapat menggunakan aplikasi yang terintegrasi dengan SIMBA. Aktivitas pencatatan UPZ akan sampai ke BAZNAS (kab/kota, provinsi, RI) dengan metode host-to-host sehingga lebih cepat diolah dan disajikan
SIMBA kini semakin meningkatkan faktor keamanan, melakukan pembaruan modul-modul, dan penerapan teknologi terkini, akan dilengkapi marketplace di mana muzaki tak hanya dapat membayar secara langsung namun juga mendapatkan informasi ke mana dana disalurkan. Para mustahik dapat pula membuat kampanye untuk kebutuhan sendiri. Jika mengalami kesulitan, maka personal assistant SIMBA akan memberikan bantuan dengan teknologi artificial intelligence (AI). SIMBA akan melakukan kalkulasi secara otomatis apakah pemohon layak diberikan bantuan.
Kehadiran SIMBA akan semakin dekat tidak hanya untuk Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) namun juga muzaki dan mustahik. SIMBA juga akan dapat menampilkan dana zakat yang dikelola tidak melalui OPZ seperti zakat fitrah dan kurban.
Inilah yang memotivasi jajaran Pimpinan BAZNAS RI, khususnya bidang teknologi informasi, berkeliling Indonesia “membumikan” SIMBA Next Generation dalam rangka menggelorakan Gerakan Cinta Zakat guna mengoptimalkan adaptasi lembaga perzakatan pada era industri 4.0.