REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW -- Badan amal internasional Save the Children mengatakan dua stafnya hilang di Myanmar, Sabtu (25/12). Laporan ini muncul setelah lebih dari 30 mayat ditemukan menyusul serangan yang diduga dilakukan oleh militer.
Menurut Save the Children, tentara memaksa orang-orang keluar dari mobil, menangkap beberapa, membunuh yang lain dan membakar tubuh mereka di negara bagian Kayah timur. Anak-anak dan perempuan diyakini termasuk di antara korban insiden yang terjadi pada Jumat (24/12).
Save the Children mengutuk serangan itu yang dikatakan menewaskan sedikitnya 38 orang. Sebanyak dua anggota staf yang melakukan perjalanan pulang untuk liburan setelah pekerjaan kemanusiaan terjebak dalam insiden itu dan masih hilang.
"Kami mendapat konfirmasi kendaraan pribadi mereka diserang dan dibakar," kata badan amal itu.
"Kami ngeri atas kekerasan yang dilakukan terhadap warga sipil tak berdosa dan staf kami, yang berdedikasi kemanusiaan dan mendukung jutaan anak yang membutuhkan di seluruh Myanmar," ujar Kepala Eksekutif Save the Children Inger Ashing.
Inger mengatakan penyelidikan atas insiden itu terus berlanjut. Foto-foto yang menunjukkan akibat dari dugaan serangan di kotapraja Hpruso telah muncul di mana sisa-sisa kendaraan yang hangus terlihat.
Militer mengatakan telah membunuh sejumlah teroris bersenjata di daerah itu. Namun, Pasukan Pertahanan Nasional Karenni, salah satu milisi terbesar yang menentang junta, mengatakan yang tewas bukanlah anggota milisi, tetapi warga sipil yang mencari perlindungan dari konflik.
"Kami sangat terkejut melihat semua mayat dengan ukuran berbeda, termasuk anak-anak, wanita, dan orang tua," kata seorang komandan dari kelompok itu.
Seorang juru bicara militer Myanmar mengatakan pertempuran telah pecah di Hpruso pada Jumat. Peristiwa ini terjadi setelah pasukannya berusaha menghentikan tujuh mobil yang mengemudi dengan cara mencurigakan.
https://www.bbc.com/news/world-asia-59792125