Senin 27 Dec 2021 09:58 WIB

PBB Geram Serangan Mengerikan Militer Myanmar

Dua staf Save the Children di Myanmar dilaporkan masih belum ditemukan.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
FILE - Pada file foto 30 Maret 2021 ini, tentara Myanmar berdiri di sebuah kamp tentara kecil di sepanjang tepi sungai dekat perbatasan Myanmar dan Thailand. Gerilyawan etnis Karen mengatakan mereka merebut pangkalan militer Myanmar pada Selasa, 27 April 2021 .
Foto: AP Photo/Sakchai Lalit, File
FILE - Pada file foto 30 Maret 2021 ini, tentara Myanmar berdiri di sebuah kamp tentara kecil di sepanjang tepi sungai dekat perbatasan Myanmar dan Thailand. Gerilyawan etnis Karen mengatakan mereka merebut pangkalan militer Myanmar pada Selasa, 27 April 2021 .

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- PBB menuntut penyelidikan menyeluruh dan terbuka atas laporan 35 warga sipil yang tewas dan tubuh mereka dibakar di Myanmar timur, Ahad (26/12). PBB menyebut tindakan yang juga menghilangkan dua staf Save the Children itu mengerikan.

Dua staf Save the Children dilaporkan masih belum ditemukan setelah kendaraan mereka termasuk di antara beberapa orang diserang dan dibakar dalam insiden di negara bagian Kaya.

Baca Juga

Sebuah kelompok pemantau dan media lokal menyalahkan serangan itu pada pasukan militer. "Saya mengutuk insiden menyedihkan ini dan semua serangan terhadap warga sipil di seluruh negeri, yang dilarang berdasarkan hukum humaniter internasional," kata Wakil Sekjen PBB untuk Urusan Kemanusiaan Martin Griffiths seperti dilansir laman Aljazirah, Senin (27/12).

Ia meminta pihak berwenang untuk segera memulai penyelidikan menyeluruh dan transparan atas insiden tersebut sehingga pelaku dapat segera dibawa ke pengadilan.   Selain itu, saya menyerukan kepada Angkatan Bersenjata Myanmar dan semua kelompok bersenjata di Myanmar untuk mengambil semua tindakan untuk melindungi warga sipil dari bahaya," ujarnya menambahkan.

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Myanmar pada Ahad (26/12) mengaku terkejut dengan apa yang mereka sebut serangan barbar di negara bagian Kayah. Serangan itu dilaporkan menewaskan sedikitnya 35 warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak.

"Kami akan terus mendesak pertanggungjawaban para pelaku kampanye kekerasan yang sedang berlangsung terhadap rakyat Burma," katanya dalam sebuah pernyataan yang diunggah di media sosial.

Myanmar masih berada dalam kekacauan politik sejak militer menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi pada Februari. Lebih dari 1.300 orang tewas dalam tindakan keras oleh pasukan keamanan.

Kelompok-kelompok yang disebut Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) telah bermunculan di seluruh negeri untuk melawan pemerintah militer. Mereka telah menarik militer ke dalam kebuntuan berdarah bentrokan dan pembalasan.

Pada Sabtu (25/12), foto-foto muncul di media sosial yang menunjukkan dua truk yang terbakar. Sebuah mobil di jalan raya di kotapraja Hpruso di negara bagian Kayah berisikan sisa-sisa tubuh hangus.

Seorang anggota kelompok PDF lokal pada Sabtu pagi mengatakan para pejuangnya telah menemukan kendaraan usai mendengar militer telah menghentikan beberapa kendaraan di Hpruso setelah bentrokan dengan para pejuangnya di dekatnya pada Jumat.

"Ketika kami pergi untuk memeriksa di daerah pagi ini, kami menemukan mayat dibakar di dua truk.  Kami menemukan 27 mayat," katanya tanpa menyebut nama, Sabtu.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement