REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel akan meningkatkan jumlah pemukim Yahudi di Dataran Tinggi Golan yang diduduki sebanyak dua kali lipat. Perdana Menteri Israel Naftali Bennett berencana menggelontorkan anggaran sebesar jutaan dolar untuk mengkonsolidasikan penguasaan Israel di wilayah yang direbutnya dari Suriah lebih dari 50 tahun yang lalu.
Bennett mengatakan, investasi baru di Dataran Tinggi Golan didorong oleh pengakuan pemerintahan mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump atas kedaulatan Israel pada 2019. Selain itu, ada indikasi bahwa pemerintahan Presiden AS Joe Biden tidak akan menentang keputusan itu.
"Ini momen kita. Ini adalah momen Dataran Tinggi Golan. Setelah bertahun-tahun yang panjang dan statis dalam hal cakupan pemukiman, tujuan kami hari ini adalah menggandakan pemukiman di Dataran Tinggi Golan,” ujar Bennett, dilansir Aljazirah, Senin (27/12).
Bennett membutuhkan persetujuan kabinet sebelum menjalankan rencana pembangunan di Dataran Tinggi Golan. Israel merebut Dataran Tinggi Golan dari Suriah dalam perang Timur Tengah 1967. Kemudian Israel mencaplok wilayah itu pada 1981. Sebagian besar komunitas internasional menganggap pencaplokan itu ilegal berdasarkan hukum internasional.
Sekitar 25 ribu pemukim Israel tinggal di Dataran Tinggi Golan, bersama dengan sekitar 23.000 suku Druze, yang tetap tinggal di tanah itu setelah direbut oleh Israel. AS adalah negara pertama yang mengakui kedaulatan Israel atas wilayah tersebut.