Senin 27 Dec 2021 14:36 WIB

Israel akan Tingkatkan Permukiman Yahudi di Golan Dua Kali Lipat

Israel ingin mengonsolidasikan penguasaan wilayah yang direbutnya dari Suriah.

Rep: Rizky Jaramaya/Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Tentara Israel mengendarai kendaraan militer selama latihan di Dataran Tinggi Golan yang dikontrol Israel di dekat perbatasan dengan Suriah, Selasa (4/8/2020).
Foto: AP / Ariel Schalit
Tentara Israel mengendarai kendaraan militer selama latihan di Dataran Tinggi Golan yang dikontrol Israel di dekat perbatasan dengan Suriah, Selasa (4/8/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel akan meningkatkan jumlah pemukim Yahudi di Dataran Tinggi Golan yang diduduki sebanyak dua kali lipat. Perdana Menteri Israel Naftali Bennett berencana menggelontorkan anggaran sebesar jutaan dolar untuk mengkonsolidasikan penguasaan Israel di wilayah yang direbutnya dari Suriah lebih dari 50 tahun yang lalu.

Bennett mengatakan, investasi baru di Dataran Tinggi Golan didorong oleh pengakuan pemerintahan mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump atas kedaulatan Israel pada 2019. Selain itu, ada indikasi bahwa pemerintahan Presiden AS Joe Biden tidak akan menentang keputusan itu.

Baca Juga

"Ini momen kita. Ini adalah momen Dataran Tinggi Golan. Setelah bertahun-tahun yang panjang dan statis dalam hal cakupan pemukiman, tujuan kami hari ini adalah menggandakan pemukiman di Dataran Tinggi Golan,” ujar Bennett, dilansir Aljazirah, Senin (27/12).

Bennett membutuhkan persetujuan kabinet sebelum menjalankan rencana pembangunan di Dataran Tinggi Golan. Israel merebut Dataran Tinggi Golan dari Suriah dalam perang Timur Tengah 1967. Kemudian Israel mencaplok wilayah itu pada 1981. Sebagian besar komunitas internasional menganggap pencaplokan itu ilegal berdasarkan hukum internasional.

Sekitar 25 ribu pemukim Israel tinggal di Dataran Tinggi Golan, bersama dengan sekitar 23.000 suku Druze, yang tetap tinggal di tanah itu setelah direbut oleh Israel. AS adalah negara pertama yang mengakui kedaulatan Israel atas wilayah tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement