Senin 27 Dec 2021 15:15 WIB

Orang Tua Korban Kecelakaan di Nagreg Doakan Pelaku Selamat

Handi Saputra (16) dan Salsabila (14) menjadi korban tabrakan di Jalan Nagreg.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Mas Alamil Huda
Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Dudung Abdurachman (kanan) berbincang dengan keluarga almarhumah Salsabila di Desa Ciaro, Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (27/12/2021). Jenderal TNI Dudung Abdurachman mengunjungi rumah duka serta berziarah ke makam kedua korban tabrak lari yang diduga melibatkan oknum TNI AD.
Foto: ANTARA/Raisan Al Farisi
Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Dudung Abdurachman (kanan) berbincang dengan keluarga almarhumah Salsabila di Desa Ciaro, Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (27/12/2021). Jenderal TNI Dudung Abdurachman mengunjungi rumah duka serta berziarah ke makam kedua korban tabrak lari yang diduga melibatkan oknum TNI AD.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Jajang (45 tahun) dan Suryati (41) masih belum menyangka bahwa anak bungsunya, Salsabila (14 tahun), sudah tiada akibat kecelakaan pada awal Desember lalu. Namun begitu, ia mengaku ikhlas dengan kepergian anaknya dan menganggap peristiwa tersebut sebagai takdir yang harus dijalani.

"Abi nu atos mah atos weh da tos kumaha tos takdir (saya yang sudah mah sudah, harus gimana sudah takdir). Kahoyong mah nu aya kahoyong disalametkeun sadayana da itu geu sanes hoyong cilaka mah (Keinginan mah yang ada diselamatkan semuanya, mereka juga tidak ingin kecelakaan)," ujar Jajang ditemui di rumahnya, Kampung Tegal Lame, Nagreg, Senin (27/12).

Baca Juga

Ia pun menyerahkan urusan hukum terkait kecelakaan tersebut sepenuhnya kepada aparat. Terlebih Jajang mengaku tidak memahami betul terkait proses hukum dan lainnya.

"Saya ingin menyerahkan sepenuhnya ke hukum karena saya nggak tahu hukum. Banyak yang sudah tahu. Seadil-adilnya," katanya.

Ia pun teringat kembali saat peristiwa awal kecelakaan yang menimpa anak bungsunya yang masih duduk di kelas dua SMP. Saat itu, Salsabila sedang tidur bersama ibunya Rabu (8/12) lalu.

Tidak lama dari itu, Handi Saputra (16) kekasihnya yang juga menjadi korban kecelakaan mengajak Salsabila bermain ke Cijolang. Tak lama berselang, Suryati mendapat kabar bahwa anaknya mengalami kecelakaan.

"Tidak lama ke Cijolang (bermain), ada kabar kecelakaan. Saya lagi nggak ada di rumah lagi kerja," katanya. Saat kejadian tabrakan, adiknya mengecek informasi tersebut namun anaknya tidak ditemukan dan diketahui dibawa oleh penabrak.

"Dicek sama adik ke depan sudah tidak ada dibawa sama mobil yang nabrak," katanya berdasarkan pengakuan para tetangga.

Sesudah itu, Jajang mengaku kehilangan kontak dengan anaknya dan selang beberapa hari kemudian ia dikejutkan oleh penemuan mayat di Cilacap dan Banyumas Jawa Tengah yang diidentifikasi salah satunya adalah anaknya Salsabila.

"Lereus (betul anak saya), malam langsung dibawa dan langsung dimakamkan," ungkapnya.

Handi Saputra (16) dan Salsabila (14) menjadi korban tabrakan di Jalan Nagreg-Limbangan, Desa Ciaro, Kabupaten Bandung, tanggal 8 Desember. Nahas, korban diduga dibawa oleh pelaku dan beberapa hari kemudian keduanya ditemukan di wilayah Cilacap dan Banyumas, Jawa Tengah.

Pascaditemukan, keduanya langsung dimakamkan di Nagreg Kabupaten Bandung dan Limbangan Garut. Polisi pun melakukan penyelidikan dan melimpahkan kasus tersebut kepada Pomdam III Siliwangi.

Diduga pelaku terdiri dari tiga orang dan diduga merupakan oknum anggota TNI. Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa telah memerintahkan penyidik TNI dan TNI AD serta Oditur Jenderal TNI untuk melakukan proses hukum. Tiga oknum anggota TNI AD itu, yakni Kolonel Inf P, Kopral Dua DA, dan Kopral Dua Ad. Ketiganya menjalani penyidikan di tempat yang berbeda.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قُلْتُمْ يٰمُوْسٰى لَنْ نَّصْبِرَ عَلٰى طَعَامٍ وَّاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ مِنْۢ بَقْلِهَا وَقِثَّاۤىِٕهَا وَفُوْمِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا ۗ قَالَ اَتَسْتَبْدِلُوْنَ الَّذِيْ هُوَ اَدْنٰى بِالَّذِيْ هُوَ خَيْرٌ ۗ اِهْبِطُوْا مِصْرًا فَاِنَّ لَكُمْ مَّا سَاَلْتُمْ ۗ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاۤءُوْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ ۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيّٖنَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ ࣖ
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan saja, maka mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti: sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah.” Dia (Musa) menjawab, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.

(QS. Al-Baqarah ayat 61)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement