REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Sekitar 30 kepala keluarga atau 149 jiwa di Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut, terdampak bencana tanah longsor yang terjadi pada Sabtu (25/12). Ratusan warga itu masih mengungsi hingga Senin (27/12)
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Satriabudi, mengatakan, pihaknya masih melakukan pendataan di lapangan. Berdasarkan hasil pendataan sementara, terdapat sejumlah rusak yang rusak dan jembatan yang putus.
"Ada beberapa infrastruktur terganggu. Contohnya ada jembatan layang yang terputus. Kita akan membuat jembatan sementara," kata dia, saat dikonfirmasi republika.co.id, Senin.
Ihwal jumlah rumah rusak, Satriabudi belum bisa memastikan. Tim di lapangan masih melakukan pendataan.
Ia menambahkan, warga yang terdampak longsor sebagian masih mengungsi di rumah sanak saudaranya. "Ada pengungsian yang terpusat kemarin di Nurul Salam, tapi hari ini sudah kembali lagi," kata dia.
Terkait logistik, BPBD Kabupaten Garut masih berusaha untuk memenuhi kebutuhan warga yang terdampak. Kebutuhan logistik akan secepatnya didorong ke lokasi terdampak bencana.
Selain di Kecamatan Talegong, Satriabudi menyebutkan, bencana tanah longsor juga terjadi di Kecamatan Cisewu. Namun, di wilayah itu hanya terdapat satu rumah terdampak.
Pada Sabtu kemarin, tanah longsor juga terjadi di Kecamatan Cilawu. Akibat kejadian itu, akses Jalan Garut-Tasikmalaya tertutup.
"Namun hari itu juga langsung dapat tertangani," kata dia.
Satriabudi mengingatkan, warga yang berada di wilayah Garut selatan, khususnya Kecamatan Talegong dan Cisewu, untuk terus waspada. Masyarakat juga diminta melakukam mitigasi secara mandiri ketika hujan besar.
"Jadi ketika hujan deras, menyelamatkan diri secara mandiri. Soalnya di sana banyak rumah yang berada di bawah tebing, memang geografis di sana itu banyak tebing," kata dia.