Senin 27 Dec 2021 22:54 WIB

Bahaya Berlebihan dalam Beragama dan Peringatan Alquran

Alquran ingatkan bahaya berlebihan dalam beragama seperti Yahudi Nasrani

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Alquran menjelaskan bahaya berlebihan dalam beragama seperti Yahudi Nasrani. Ilustrasi Yahudi
Foto: Reuters/Ronen Zvulun
Alquran menjelaskan bahaya berlebihan dalam beragama seperti Yahudi Nasrani. Ilustrasi Yahudi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menegakkan tauhid tak pernah berjalan mulus. Dalam perjalanan sejarah misalnya dapat dilihat adanya distorsi yang membuat melesetnya pemahaman umat mengenai Tuhan hingga berlebih-lebihannya mereka dalam beragama.

Allah ﷻberfirman dalam Alquran surat Al Maidah ayat 77: 

Baca Juga

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ

“Qul ya ayyuhal-kitaab laa taghluu fi dinikum ghairal-haqqi wa laa tattabi’uu ahwaa-a qaumin qad dhalluu min qablu wa adhallu katsiran wa dhallu an sawaa-I as-sabil.” 

Yang artinya, “Wahai Ahlul Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan dalam agama kamu dengan cara yang tidak benar. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dan mereka telah menyesatkan banyak (orang) dan mereka sesat dari jalan yang lurus.” 

Prof Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Mishbah menjelaskan, setelah jelas kesesatan dan kekeliruan orang Yahudi serta Nasrani, maka kedua kelompok Ahlul Kitab itu diingatkan agar tidak melampaui batas dalam beragama. 

Termasuk melampaui batas dalam keyakinan tentang Isa AS dengan memertuhankannya sebagaimana orang-orang Nasrani, atau orang Yahudi yang menuduhnya sebagai anak haram.

Prof Quraish menjelaskan bahwa kata taghlu (kamu berlebih-lebihan) digunakan juga dalam arti meneliti hakikat sesuatu dengan sungguh-sungguh, serta menganalisis yang tersembunyi dari satu teks. Karena itu, ayat tersebut menambahkan kata ‘ghairu haq’ yang bermakna tercela, dalam arti yang tidak dibenarkan.

Baca juga: Mualaf Sulthon, Murtad dan Kembali Bersyahadat: Saya Rindu Islam

Hal ini untuk mengisyaratkan bahwa boleh jadi ada sesuatu yang berlebihan tetapi tidak tercela, seperti memuji satu amal kebaikan. Demikianlah pendapat Ibnu Asyur sebagaimana dikutip Prof Quraish Shihab.

Disebutkan juga dalam ayat itu mengenai dua kesesatan. Kesesatan pertama menyangkut kandungan tuntunan Nabi Musa dan Isa. Kesesatan kedua berkaitan dengan tuntunan Nabi Muhammad ﷺ dan Alquran.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement