REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Salah satu selebritas populer Myanmar telah dihukum penjara selama tiga tahun karena ikut berpartisipasi dalam aksi protes menentang kudeta militer. Seorang model dan aktor ternama, Paing Takhon (24 tahun), dikenal cukup vokal mengecam pemerintahan militer melalui media sosial.
Takhon ditangkap pada April lalu. Sekitar 50 tentara dengan delapan truk militer tiba di kediaman Takhon pada pukul 05.00 pagi waktu setempat. Penasihat hukum Takhon, Khin Maung Myint mengatakan, kliennya telah dijatuhi hukuman kerja paksa. Khin Maung Myint mengatakan, keluarga Takhon sedang mempertimbangkan apakah akan mengajukan banding.
Takhon sebelumnya terlihat berpartisipasi dalam beberapa demonstrasi dan pawai anti-kudeta. Dia juga mengunggah foto pemimpin sipil terguling dan ikon pro-demokrasi Aung San Suu Kyi yang ditangkap oleh militer sejak kudeta pada 1 Februari. Suu Kyi telah dijatuhi hukuman empat tahun penjara atas menghasut perbedaan pendapat dan melanggar aturan Covid-19.
"Kami mengutuk keras kudeta militer. Kami menuntut pembebasan segera penasihat negara Aung San Suu Kyi, Presiden U Win Myint, menteri pemerintah sipil dan anggota terpilih dari perliment. Kami menuntut untuk menghormati hasil pemilu 2020 dan membentuk pemerintahan sipil baru secepatnya oleh NLD yang dipimpin perliment," kata Takhon dalam sebuah surat seperti dilansir BBC, Selasa (28/12).
Akun Instagram Takhon yang memiliki lebih dari satu juta pengikut telah dihapus, tak lama setelah penangkapannya. Selain itu, akun Facebook Takhon juga telah dihapus.
Seorang kenalan dekat Takhon yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan, Takhon mengalami depresi dan kondisi fisiknya menurun ketika ditangkap. Dia menambahkan bahwa, Takhon bahkan tidak bisa berdiri dengan benar karena diduga mengalami penyiksaan. "Dia (Takhon) sadar dengan konsekuensinya, dan dia tidak takut sama sekali," ujar kenalan dekat Takhon tersebut.
Takhon bukan satu-satunya selebritas yang ditangkap. Seorang pemenang kontes kecantikan Myanmar yang berbicara menentang kudeta dan seorang komedian terkenal juga termasuk di antara mereka yang ditahan oleh pihak berwenang.
Para pemimpin militer Myanmar merebut kekuasaan pada Februari setelah menderita kekalahan pemilu besar-besaran dari Liga Demokrasi Nasional yang berkuasa. Militer mengklaim ada kecurangan dalam pemilihan umum, sehingga mereka perlu melakukan kudeta.
Kudeta militer memicu demonstrasi sipil skala besar di seluruh negeri. Pasukan militer membubarkan aksi demonstrasi dengan kekuatan brutal. Sejak itu, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), setidaknya 1.178 orang telah terbunuh dan 7.355 ditangkap, didakwa atau dijatuhi hukuman dalam tindakan keras terhadap perbedaan pendapat.
Kejahatan kemanusiaan
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat PBB Martin Griffiths meminta pihak berwenang Myanmar untuk menyelidiki laporan pembunuhan 35 orang warga sipil yang aktivis oposisi tuduh dilakukan tentara pemerintah. PBB merasa 'ngeri' dengan kekerasan tersebut.