Selasa 28 Dec 2021 18:05 WIB

Pergantian Tahun Bagi Orang Beriman adalah Peringatan

Pergantian waktu seharusnya disikapi dengan muhasabah diri.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Pergantian Tahun Bagi Orang Beriman adalah Peringatan. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Pengembangan Seni Budaya dan Peradaban Islam Ustadz Jeje Zaenudin.
Foto: Dok Istimewa
Pergantian Tahun Bagi Orang Beriman adalah Peringatan. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Pengembangan Seni Budaya dan Peradaban Islam Ustadz Jeje Zaenudin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam beberapa hari ke depan akan terjadi pergantian tahun dari 2021 menjadi 2022. Umat Islam yang beriman akan memaknai pergantian tahun dengan cara berbeda. Sebab bagi mereka yang beriman pergantian tahun atau tahun baru adalah peringatan.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Pengembangan Seni Budaya dan Peradaban Islam Ustadz Jeje Zaenudin mengatakan pergantian tahun bagi siapapun tentu memiliki makna yang penting. Sebagaimana makna penting dari waktu itu sendiri. Karena pergantian tahun hakikatnya adalah pergantian waktu kehidupan dalam rentang satu tahun yaitu siklus dua belas bulan.

Baca Juga

"Bagi orang beriman bergantinya tahun berarti peringatan jatah umurnya di dunia telah berkurang satu tahun," kata Ustadz Jeje kepada Republika, Selasa (28/12).

Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis) ini mengatakan oleh sebab itu pergantian waktu seharusnya disikapi dengan muhasabah diri, mengevaluasi perjalanan hidup dalam setahun. Semua patut bersyukur jika dalam setahun yang dilalui dapat mengukir prestasi amal soleh lebih banyak dari kesalahan dan dosa.

Ia menambahkan, sebaliknya jika nihil prestasi amal soleh dalam satu tahun yang lalu, sepatutnya bersedih  dan menyesal telah menyia-nyiakan waktu yang sangat mahal itu. Di samping itu waktu yang telah digunakan itu harus dipertanggungjawabkan kepada Zat pemilik waktu itu pada hari akhirat nanti.

"Patut disayangkan jika setiap momen pergantian waktu satu tahun, yang terpikir banyak orang hanya masalah perayaan, pesta, dan kegembiraan-kegembiraan lainnya yang hampa dari evaluasi diri. Padahal sejatinya kita tidak layak bergembira apalagi berpesta pora menyongsong pergantian tahun, manakala kita minim prestasi hidup bahkan sebaliknya bergelimang dengan dosa," ujarnya.

Ustadz Jeje menegaskan patutkah manusia merayakan kegembiraan atas berkurangnya jatah hidup dan semakin dekatnya ajal atau kematian. Ia mengajak kepada semuanya, mari jadikan pergantian tahun ini sebagai momentum evaluasi diri untuk memperbaiki kualitas hidup sebagai pribadi, kekuarga, umat, maupun sebagai bangsa.

Ia mengatakan, berbagai kesalahan, kekurangan, dosa  dan kemaksiyatan yang dilakukan sepanjang tahun 2021, perbaiki pada 2022 supaya tidak mengulang-ulang kesalahan dan kekeliruan di tahun depan. "Cukup sudah segala penderitaan, musibah dan malapetaka yang menimpa kita sepanjang 2021 menjadi pelajaran yang berharga bagi kita untuk lebih bersyukur atas segala karunia, bersabar dalam mengatasi segala cobaan, serta bekerja keras dalam mewujudkan kebajikan hidup di antara sesama umat manusia," kata Ustadz Jeje.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement