Selasa 28 Dec 2021 21:53 WIB

Benih Vaksin Merah Putih Sudah Sesuai Standar Industri

Sekarang bola ada di tangan Bio Farma untuk mengembangkan.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Vaksin Merah Putih dikembangkan sejumlah lembaga, salah satunya Lembaga Eijkman.
Foto: Republika
Vaksin Merah Putih dikembangkan sejumlah lembaga, salah satunya Lembaga Eijkman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman (PRBME) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan bibit vaksin Merah Putih yang dikembangkan Eijkman sudah sesuai dengan standar industri.

"Menurut industri seed vaccine (benih vaksin) tersebut sudah memenuhi standar industri di mana hasil atau yield-nya sudah sesuai dengan permintaan industri, dia juga imunogenik, kemudian seed-nya juga sudah memproduksi yield yang juga sudah bagus," kata peneliti vaksin di PRBME Tedjo Sasmono dalam Sarasehan Arah Riset Biologi Molekuler di BRIN di Auditorium LBM Eijkman di Jakarta, Selasa (28/12).

Baca Juga

PRBME dulunya bernama Lembaga Biologi Molekuler Eijkman sebelum bergabung dengan BRIN. PRBME mengembangkan bibit vaksin Merah Putih dengan platform protein rekombinan yang menggunakan sel yeast atau ragi dan sel mamalia.

Untuk platform yang menggunakan sel ragi, bibit vaksinnya sudah berada di PT Bio Farma sebagai mitra industri pengembangan vaksin. "Yang yeast sudah memenuhi persyaratan industri dan akan dikembangkan lebih lanjut, diproduksi," kata Tedjo.

Ia mengatakan, kelanjutan dari pengembangan bibit vaksin untuk menjadi vaksin tersebut sekarang berada di tangan pihak industri. Sementara bagian utama dari riset bibit vaksin yang menjadi tugas PRBME sudah selesai.

Meski sudah berhasil menciptakan bibit vaksin, tapi PRBME tetap masih melanjutkan interaksi untuk pengembangan vaksin dari bibit vaksin tersebut bersama Bio Farma. PRBME tetap rutin melakukan konsultasi, diskusi dan mencari cara pemurnian terbaik untuk pengembangan vaksin dengan PT Bio Farma sehingga vaksin itu diharapkan bisa segera dihilirisasi oleh Bio Farma.

"Sekarang bola ada di tangan Bio Farma untuk mengembangkan. Kami tetap bersama-sama dengan Bio Farma mengembangkan," kata Tedjo.

Sementara untuk bibit vaksin yang sudah dikembangkan dengan menggunakan sel mamalia, ia mengatakan, pihak industri menilai yield atau produktivitas dari bibit vaksin sudah memenuhi syarat. "Yield sudah memenuhi syarat industri berdasarkan parameter-parameter yang mereka tetapkan secara keekonomian," kata Tedjo.

Secara ilmiah, lanjut Tedjo, bibit vaksin itu sudah memenuhi aspek imunogenisitas atau memiliki kemampuan dalam memicu respons imun sehingga bisa menghasilkan antibodi pada tubuh manusia. Namun untuk platform pengembangan bibit vaksin yang menggunakan sel mamalia itu, PRBME belum mendapatkan mitra industri dan hingga saat ini masih terus melakukan negosiasi dengan industri.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement