REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, sepanjang 2021 Indonesia mengalami berbagai tantangan dalam penanganan pandemi Covid-19. Yakni diawali dengan lonjakan pertama pada Januari dan diikuti lonjakan kedua pada Juli lalu.
Namun hingga saat ini, kasus Covid-19 pun mulai terkendali. Menjelang bergantinya tahun, Wiku pun mengajak masyarakat belajar dari penanganan pandemi di Indonesia selama ini sehingga Indonesia terbebas dari pandemi dan mencapai endemi Covid-19 di 2022.
"Sudah sepantasnya kita bersama-sama memetik pelajaran penanganan pandemi satu tahun ini, terutama sebagai pondasi dalam memantapkan langkah bersama menuju 2022 yang produktif aman Covid-19," kata Wiku saat konferensi pers, Selasa (28/12).
Wiku memaparkan, lonjakan pertama kali terjadi pada 25 Januari 2021. Namun, lonjakan ini berhasil diturunkan selama 15 pekan berturut-turut. Saat itu, pemerintah mengimplementasikan kebijakan PPKM mikro dan posko di tiap desa atau kelurahan, sehingga kasus dapat menurun hingga 70,5 persen dari puncak kasus pertama, dan mencapai titik kasus terendah pada pertengahan Mei.
Kemudian lonjakan kedua terjadi pada Juli yang disebabkan oleh varian Delta. Varian ini cepat menular karena tingginya mobilitas selama periode Idul Fitri 2021. Bahkan kasus melonjak signifikan hingga mencapai 1.200 persen dalam waktu 9 pekan dari titik terendah pada Mei.
"Kebijakan peniadaan mudik saat itu, nyatanya tidak cukup menurunkan mobilitas penduduk," lanjutnya.
Namun demikian, lonjakan kasus kedua berhasil dikendalikan dan hingga kini telah turun selama 23 pekan berturut-turut. Penurunan kasus terjadi hampir 100 persen, yaitu 99,6 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibanding penambahan kasus positif pada Januari lalu, bahkan lebih rendah dibanding periode sebelum lonjakan pertama.
"Artinya, jika kita bisa mencapai 100 persen penurunan dari puncak kasus tertinggi tersebut atau 0,4 persen lagi, maka tidak ada lagi penambahan kasus positif dan kita dapat bebas dari Covid-19," ujar Wiku.
Sementara itu, persentase kasus aktif, kesembuhan, dan jumlah kematian juga menunjukan perbaikan. Pada persentase kasus aktif sempat mencapai puncaknya pada lonjakan kedua hingga sebesar 18,84 persen. Sedangkan saat ini, persentasenya sebesar 0,11 persen.
Sementara persentase kesembuhan, sempat menyentuh angka terendah yaitu 79,28 persen. Namun kini kembali meningkat menjadi 96,51 persen. Begitu juga dengan angka kematian yang mengalami penurunan drastis.
Sejak awal pandemi hingga kini terdapat 144.063 kasus meninggal akibat Covid-19. Angka kematian harian pada tahun ini pun sempat mencapai titik tertinggi saat lonjakan kasus kedua, yaitu merenggut 2.048 jiwa per hari.
"Ini adalah angka yang sangat besar. Didalamnya mungkin saja terdapat sanak saudara dan orang-orang tercinta kita yang turut berpulang akibat virus ini," tambah dia.
Namun berdasarkan data per 27 Desember, kasus kematian harian telah turun drastis menjadi 8 orang per hari. Bahkan, angka harian ini pernah mencapai angka terendah yaitu 1 kematian dalam sehari per 28 November lalu.
"Meskipun angka kematian sudah berhasil ditekan, nyawa tetaplah nyawa yang tidak tergantikan meskipun hanya satu saja orang meninggal," lanjutnya.
Perkembangan baik selanjutnya yakni pada angka positivity rate. Wiku mengatakan, angka positivity rate saat ini cukup baik yakni sebesar 0,07 persen. Meski sebelumnya pada puncak lonjakan kedua angka ini sempat mencapai 33,25 persen.
Sementara pada angka testing di akhir tahun ini didominasi oleh masyarakat yang harus menjalankan skrining sebagai syarat perjalanan. Wiku mengatakan, hal ini menunjukkan kebijakan testing sebagai syarat perjalanan efektif mendukung aktivitas masyarakat yang produktif dan aman Covid-19 sehingga dapat mencegah penularan antar wilayah.
Namun, Wiku menekankan agar angka testing tersebut dapat terus ditingkatkan pada upaya pelacakan kontak erat dan testing pada orang bergejala.