Puluhan Eks Napiter Ikuti Edukasi Yayasan Gema Salam
Rep: Binti Sholikah/ Red: Yusuf Assidiq
Puluhan eks narapidana teroris (napiter) di wilayah Solo dan sekitarnya mengikuti sosialisasi dan edukasi yang digelar oleh Yayasan Gema Salam di Loji Gandrung, rumah dinas Wali Kota Solo, Jalan Slamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah, Rabu (29/12). | Foto: dok. Istimewa
REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Puluhan eks narapidana teroris (napiter) di wilayah Solo dan sekitarnya mengikuti sosialisasi dan edukasi yang digelar oleh Yayasan Gema Salam di Loji Gandrung, rumah dinas Wali Kota Solo, Jalan Slamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah, Rabu (29/12). Puluhan eks napiter tersebut bersama istri dan anaknya diberikan pengenalan tentang Yayasan Gema Salam dan sosialisasi empat pilar kebangsaan.
Pembina Yayasan Gema Salam, Awod mengatakan, kegiatan sosialisasi ini bertujuan agar para eks napiter sadar akan hukum, lantaran Indonesia merupakan negara hukum. Selain pengenalan tentang Yayasan Gema Salam, juga mengenalkan UUD 1945 dan empat pilar kebangsaan. Hal itu untuk mendukung visi misi Yayasan Gema Salam ke depannya.
Jumlah peserta ada 35 orang, terdiri dari pasutri beserta anak-anak mereka. Para peserta mengenakan baju batik. "Tidak ada kata-kata eks napiter di sini, itu dalam rangka edukasi Yayasan Gema Salam. Makanya kami sebutnya mitra Gema Salam, bukan eks napi teroris. Untuk mengenalkan yayasan supaya tidak ada kesalahpahaman tentang yayasan," terang Awod kepada wartawan seusai acara.
Dia menjelaskan, Yayasan Gema Salam bergerak di bidang edukasi eks napiter, dan kelompok yang rentan terpapar ideologi intoleran. Dia menilai, masyarakat pada umumnya belum paham tentang Yayasan Gema Salam, termasuk para eks napiter.
Menurutnya, di Yayasan Gema Salam itu bukan bergabung dan tidak bergabung sebagai anggota. Melainkan, yayasan ada untuk mengedukasi dan mengajak mereka kembali ke masyarakat. "Kami punya LSM, bukan perkumpulan yang ingin mengerahkan eks napiter. Kami ada untuk mengedukasi, mensinkronkan dengan pemerintah maupun stakeholder yang lain," imbuh Awod.
Ia menambahkan, ada banyak program yang dicanangkan untuk 2022. Mulai dari reintegrasi, kembali ke masyarakat, edukasi ke pendidikan, kepada keluarga besar eks napiter, dan eks napiter itu sendiri.
Terkait pendataan eks napiter, Awod menyatakan hal itu yang sedang dilakukan. Desember ini, ada tiga eks napiter yang masuk Solo. Di antaranya ada yang melalui Badan Permasyarakatan (Bapas) bagi yang bebasnya bersyarat.
Sedangkan eks napiter yang bebas murni, tidak melalui Bapas, Yayasan Gema Salam sulit melakukan pendataan. "Kami melakukan silaturahim dan komunikasi dengan kawan-kawan lain untuk mengajak mereka kembali ke masyarakat," ujarnya.
Disebutkan, jumlah eks napiter di Jawa Tengah mencapai 490 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 376 dari wilayah Solo Raya, dimana 290 orang dari Solo dan Sukoharjo.
Terkait dukungan pemerintah daerah, Awod menilai Pemkot Solo sudah intens berkoordinasi dan mendukung kegiatan Yayasan Gema Salam. Bahkan, pemkot memberikan kantor sekretariat bersama.
Selain itu, sejumlah eks napiter juga diberikan lapak untuk usaha. "Harapan kami pemerintah daerah lain juga demikian. Selama ini, respons pemerintah yang belum kenal pasti antisipasi, memang ada kerepotan juga," kata Awod.