REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendukung PT Perikanan Indonesia (Persero) atau Perindo menjadi perusahaan BUMN perikanan yang besar dengan memperkuat lini bisnis pengolahan dan perdagangan ikan.
Wakil Menteri BUMN I Pahala N Mansury mengatakan sektor perikanan salah satu komoditas yang harus diprioritaskan. Hal ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo dan Menteri BUMN Erick Thohir.
“Negara kita adalah kepulauan dan PT Perikanan Indonesia harus dibesarkan. Kuncinya harus dikuatkan di sektor pengolahan ikan dan perdagangan ikan," ujar Pahala saat mengunjungi area bisnis Perindo Cabang Benoa di Bali, Rabu (29/12).
Pahala mengunjungi kapal ikan yang sedang berlabuh, ke tempat processing ikan, ke cold storage hingga ramah tamah dengan mitra PT Perindo yakni para nelayan, pemilik kapal dan pemindang ikan.
Melihat hal tersebut, Pahala mengungkapkan terjadi perbaikan yang signifikan pada Perindo, terlebih setelah Perindo dimerger dengan PT Perikanan Nusantara. Pahala berharap Perindo dapat mengembangkan pasar-pasar yang berpotensi besar seperti Benoa.
"Merger merupakan perbaikan di sektor pangan khususnya di perikanan dan dapat meningkatkan kontribusi Perindo terhadap inklusivitas mitra nelayan dan pemindang," ungkap Pahala.
Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI Arief Prasetyo Adi sebagai calon ketua holding pangan mendukung penuh kegiatan usaha Perindo di seluruh cabang, termasuk cabang Benoa.
Arief meminta Perindo memperkuat pasar ekspor dan mendukung inklusivitas nelayan di seluruh Indonesia. Sementara RNI akan mendukung dengan memperkuat sourcing di hulu dan memuluskan jalan ekspor yang akan disinergikan dengan PT PPI (Persero).
“Kita terus melihat peluang yang akan kita kerjakan bersama dengan anggota BUMN Klaster Pangan untuk mengembalikan kejayaan PT Perikanan Indonesia," ujar Arief.
Direktur Utama Perindo Sigit Muhartono menegaskan perseroan tengah bersiap lari kencang pada 2022. Kata Sigit, Perindo bakal mengokohkan lini bisnis pengolahan dan perdagangan ikan atau fish processing and trading sebagi tumpuan bisnis utama perseroan ke depan.
"Hal ini dilakukan usai PT Perikanan Indonesia resmi merger dengan PT Perikanan Nusantara," ujar Sigit.
Dengan adanya merger, Sigit menyebut, lini bisnis pengolahan dan perdagangan ikan akan dikokohkan sebagai kontribusi utama bisnis perikanan. Pasalnya, sebelum merger, lini bisnis pengolahan dan perdagangan ikan Perindo masih kurang optimal yang mana penopang pendapatan sebelum merger adalah lini bisnis kepelabuhanan.
"Ke depan, bisnis BUMN perikanan harus kembali ke marwahnya yaitu berbisnis ikan. Oleh karena itu, pengolahan dan perdagangan akan kami genjot," ungkap Sigit.
Sigit menjelaskan alur pengolahan ikan akan dimulai dari penangkapan ikan baik penangkapan dari kapal Perindo hingga mitra nelayan dan mitra pemilik kapal. Selanjutnya, ucap Sigit, hasil tangkapan ikan akan diolah di Unit Pengolahan Ikan (UPI) dengan antara lain proses ABF (Air Blast Freezer) serta processing lainnya untuk mendapatkan nilai lebih (value added) sebelum disimpan di cold storage untuk selanjutnya diperdagangkan. dan Air Blaze Freezing untuk mendapatkan nilai lebih (added value). Selanjutnya ikan akan diperdagangkan baik domestik atau ekspor.
"Dengan memperkuat lini bisnis pengolahan dan perdagangan ikan, hal ini otomatis akan meningatkan peran Perindo dalam merangkul nelayan," ucap Sigit.
Sigit menyebut mitra nelayan Perindo hingga 2021 tercatat sebanyak 1.400 nelayan dan perseroan menargetkan jumlah mitta nelayan akan tumbuh sepuluh kali lipat dalam lima tahun ke depan.
Sigit menyampaikan hasil tangkapan ikan Perindo maupun serapan dari nelayan selama ini sudah diperdagangkan dalam negeri dan luar negeri.
"Sepanjang 2021, Perindo telah melakukan ekspor Ikan kembung sebanyak 150 ton ke Thailand, Whole steam octopus (gurita utuh kukus) sebesar 132 ton ke Amerika Serikat, gurita 30 ton ke Jepang, dan 25 ton ikan black marlin ke Filipina," kata Sigit menambahkan.