REPUBLIKA.CO.ID, oleh Lintar Satria Zulfikar, Puti Almas, Antara
Varian Omicron memang menjadi ancaman di seluruh dunia. Kabar baiknya namun varian Omicron sejauh ini dilaporkan tidak menyebabkan kenaikan pasien rawat inap.
Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) Rochelle Walensky mengatakan angka pasien rawat inap dan kematian Covid-19 relatif rendah selama varian Omicron mewabah. Kasus infeksi di AS namun sudah tembus rekor.
"Dalam beberapa pekan Omicron menyebar dengan cepat ke seluruh negeri dan kami memprediksi akan terus menyebar dalam beberapa pekan ke depan. Sementara kasus infeksi meningkat sejak pekan lalu, angka rawat inap dan kematian saat ini relatif rendah," kata Walensky dalam konferensi pers, Kamis (30/12), dikutip dari Reuters.
Walensky mengatakan rata-rata kasus infeksi per tujuh hari naik 60 persen dibandingkan pekan sebelumnya. Pekan ini kasus positif virus corona bertambah 240.400 kasus per hari. Angka rawat inap di periode yang sama naik 14 persen atau sekitar 9.000 per hari dan kematian sekitar 7 persen atau 1.110 per hari.
Pada Rabu (29/12) kemarin kasus infeksi harian Covid-19 di AS tembus rekor. Pakar penyakit menular AS, Anthony Fauci mengatakan data awal menunjukkan kasus rawat inap Omicron lebih rendah dibandingkan varian Delta tapi vaksin booster sangat penting untuk mengatasinya.
"Semua indikasi menunjukkan tingkat keparahan gejala Omicron lebih rendah dari Delta. Vaksin booster sangat penting agar pendekatan kami pada Omicron optimal," katanya.
Baik Fauci maupun Walensky memperingatkan data rawat inap dan kematian cenderung tertinggal dua pekan dari data kasus sebenarnya.
Fauci mengatakan vaksin booster kedua mungkin diperlukan. Tapi tidak mungkin diketahui apakah perlu atau tidak tanpa mengetahui durasi proteksi yang diberikan vaksin booster pertama yang saat ini belum ada datanya.
"Sebelum kami membicarakan mengenai dosis keempat, akan sangat penting bagi kami untuk mengetahui durasi proteksi. Terutama terhadap gejala berat pada suntikan booster ketiga mRNA dan suntikan kedua J&J," katanya.
"Saat ini kami tidak memiliki informasinya, dapat dibayangkan di masa mendatang kami mungkin membutuhkan suntikan tambahan tapi saat ini kami berharap kami mendapatkan durasi proteksi yang lebih lama dari suntikan booster," tambah Fauci.
Dari di Indonesia dilaporkan, Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso saat ini menangani pasien yang diduga maupun dikonfirmasi terinfeksi Omicron. Di antara pasien yang dirawat ada yang tidak mengalami gejala sakit dan mengalami gejala ringan. Di antara pasien yang terserang Omicron juga ada yang sudah mendapat dua kali suntikan vaksin Covid-19.
Ketua Pokja Pinere RSPI Sulianti Suroso Pompini Agustina Sitompul menjelaskan, secara umum gejala yang dialami oleh pasien yang terinfeksi Omicron tidak jauh berbeda dengan pasien Covid-19 yang mengalami gejala ringan. Gejala tersebut mencakup anosmia (gangguan indra penciuman), hidung tersumbat, dan batuk.
"Sampai saat ini yang belum ditemukan adalah gambaran pneumonia. Mudah-mudahan tidak sampai sana," katanya.
Pompini mengatakan bahwa tim medis memberikan perhatian khusus pada pasien terinfeksi Omicron yang memiliki penyakit penyerta meski tidak mengalami gejala sakit. Intervensi yang dilakukan oleh tim medis padapasien terinfeksi Omicron antara lain mengisolasi pasien di ruangan khusus, memberikan multi-vitamin, memberikandukungan psikologis, dan melakukan rehabilitasi medis.
"Yang khas di RSPI Sulianti Suroso ini kita melakukan evakuasi pasien dengan alur cepat, tidak kontaminasi banyak petugas kesehatan, dan langsung mengarah ke ruang isolasi pasien," katanya.