REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sosok Presiden Ri ke-4 Abdurahman Wahid alias Gus Dur terus dikenang bangsa Indonesia. Bahkan, Kardinal Katolik Roma dan Biksu dari Tibet juga masih mengenang sosok dan perjuangan Bapak Pluralisme Indonesia itu.
Dua sosok itu menyampaikan testimoninya tentang sosok Gus Dur dalam acara peringatan Haul Gus Dur Ke-12 yang digelar di Ciganjur, Jakarta Selatan, Kamis (30/12) malam. Video testimoni keduanya diputar dalam acara tersebut.
Kardinal Romo Ingnatius Suharyo mengatakan, haul atau peringatan wafatnya Gus Dur adalah momen untuk mengenang warisan-warisan unggulnya sebagai seorang tokoh besar bangsa. Bagi Ingnatius, warisan Gus Dur yang paling penting adalah semangat cinta tanah air dan watak peduli dalam arti seluas-luasnya.
"Gus Dur telah memberikan teladan. Sekarang tanggung jawab kita untuk merawat dan mengembangkannya," kata Ingnatius, yang juga menjabat sebagai Uskup Agung Jakarta itu.
Sedangkan Biksu dari Tibet, H E Kyabje Dagri Rinpoche, mengenang Gus Dur sebagai sosok yang telah bekerja keras mewujudkan kesetaraan dan kerukunan umat beragama. Karena itu, banyak yang memuji dedikasinya yang luar biasa.
"Almarhum Gus Dur menerima banyak pujian atas karya yang luar biasa. Oleh karena itu saya bersukacita dan saya berterima kasih kepadanya," kata Kyabje Dagri Rinpoche.
Dia pun berdoa agar warisan Gus Dur berupa cinta kasih kepada semua umat manusia terus menyebar.
Gus Dur meninggal dunia pada 30 Desember 2009, tepat hari ini 12 tahun lalu. Semasa hidupnya, Gus Dur dikenal sebagai pejuang kemanusiaan, pejuang toleransi, dan pejuang demokrasi.
Semasa kepresidenannya, mantan ketua umum PBNU ini mengakui secara resmi agama Kong Hu Cu dan menjadikan tahun baru Imlek sebagai hari libur nasional. Karena itu, Gus Dur dijuluki sebagai Bapak Toleransi.