Jumat 31 Dec 2021 11:12 WIB

Muhammadiyah: Kita Tingkatkan Solidaritas Umat Islam Dunia

Masih banyak tantangan yang harus dihadapi umat Islam hingga akhir 2021 ini.

Rep: Muhyiddin/ Red: Mas Alamil Huda
Jamaah mengikuti acara Muhasabah dan Istighotsah Kubra Akhir Tahun 2021 di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (30/12). Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat mengelar acara Muhasabah dan Istighotsah Kubra Akhir Tahun 2021 yang dilaksanakan secara Hybrid dan diharapakan bisa membangkitkan spiritualitas umat Islam.
Foto: Prayogi/Republika.
Jamaah mengikuti acara Muhasabah dan Istighotsah Kubra Akhir Tahun 2021 di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (30/12). Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat mengelar acara Muhasabah dan Istighotsah Kubra Akhir Tahun 2021 yang dilaksanakan secara Hybrid dan diharapakan bisa membangkitkan spiritualitas umat Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Syafieq A Mughni, meminta kepada masyarakat Muslim Indonesia untuk turut memikirkan nasib umat Islam dunia dan meningkatkan solidaritas. Karena, menurut dia, masih banyak tantangan yang harus dihadapi umat Islam hingga akhir 2021 ini. 

"Masih ada tantangan yang sangat besar yang dihadapi oleh umat Islam. Oleh karena itu kita tentu harus berpikir bagaimana meningkatkan solidaritas umat Islam seluruh dunia," ujar Prif Syafieq dalam acara Muhasabah Akhir Tahun 2021 yang digelar MUI di Masjid Istiqlal Jakarta, Kamis (30/12) malam. 

Baca Juga

Selain itu, menurut dia, umat Islam juga perlu memperkokoh rasa persaudaraan, sehingga tidak ada lagi yang bisa menzalimi umat Islam di berbagai belahan dunia. "Kita memperkokoh ukhuwah Islamiyah itu supaya tidak ada lagi kezaliman dan tidak ada lagi diskriminasi terhadap umat Islam, khususnya ketika dalam posisi sebagai minoritas itu," ucap dia. 

Prof Syafieq menuturkan, di malam pergantian tahun baru kali ini umat Islam memang masih perlu melihat perkembangan umat Islam, tidak hanya khusus di Indonesia tapi juga di negara-negara lainnya. 

Dia pun bersyukur saat ini umat Islam secara kuantitas menjadi umat yang paling cepat perkembangannya dibandingkan dengan umat agama lainnya di dunia. Namun, kata dia, umat Islam masih memiliki persoalan dalam segi kualitas. 

"Persoalannya adalah bagaimana kualitas dari umat kita itu. Hal ini bisa dilihat bagaimana perkembangan di berbagai negara ketika umat Islam masih mengalami banyak ujian," kata dia. 

Misalnya, Prof Syafieq melihat bahwa Muslim Rohingya asal Myanmar masih berada di pengungsian Cox's Bazar, Bangladesh. Mereka belum memperoleh hak sebagai warga negara. "Kita melihat juga umat Islam di Asia Selatan misalnya India yang juga mendapatkan tekanan yang cukup kuat daripada radikal, para ekstremis yang tidak menyukai umat Islam," jelas dia. 

Tidak hanya itu, Prof Syafieq juga masih menyaksikan bagaimana Islamofobia yang semakin berkembang di sebagian negara-negara Barat itu, sehingga juga menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh umat Islam. 

"Naiknya politik ekstrem kanan, bagaimana bangkitnya white supremacy, dan lain sebagainya. Ini menunjukkan bahwa masih ada tantangan yang sangat besar yang dihadapi umat Islam," kata dia.

Karena itu, tambah dia, tentu umat Islam ke depannya harus berpikir bagaimana meningkatkan solidaritas umat seluruh dunia, memperkuat rasa persaudaraan, dan meningkatkan ilmu pengetahuan serta menguasai teknologi. 

"Kita juga menyaksikan bahwa kondisi umat Islam itu akan menjadi baik kalau tingkat ilmu pengetahuan, penguasaan teknologi umat Islam itu menjadi lebi baik," ucap Prof Syafieq. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement