REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Menteri Keuangan (Menkeu) Turki Nureddin Nebati mengklaim bahwa Federal Reserve Amerika Serikat (AS) bukan milik publik Amerika, melainkan dimiliki oleh lima keluarga kaya. Pernyataan Nebati memicu kritik dari para ekonom.
Dalam wawancara yang disiarkan CNN Turk, Nebati mengatakan kepada pewawancara bahwa bank sentral Amerika Serikat bukan milik publik. Namun bank sentral tersebut dimiliki oleh lima keluarga kaya raya. Komentar Nebati menyoroti klaim para ahli teori konspirasi selama beberapa dekade.
Teori konspirasi menyebut sistem perbankan sentral Amerika secara rahasia dimiliki atau dipengaruhi oleh sejumlah konglomerat keluarga perbankan turun temurun yang telah hadir di Eropa dan Amerika Utara selama berabad-abad. Keluarga yang dimaksud antara lain Rothschild, Lehman Brothers, Lazard Brothers, Goldman Sachs, Warburgs, serta Kuhn dan Loeb.
Keluarga dan perusahaan perbankan tersebut memiliki pengaruh signifikan dalam sistem keuangan Eropa Barat dan AS. Akan tetapi, Federal Reserve bersikeras bank sentral dimiliki secara publik dan melayani rakyat Amerika sejak didirikan pada 1913.
Meskipun teori konspirasi tetap tidak terbukti, ada bagian dari bank sentral AS yang tampaknya bersifat pribadi. Selama bertahun-tahun, kontroversi seputar kemampuan Federal Reserve untuk mencetak uang juga telah diangkat oleh banyak orang. Beberapa kritik menyatakan pencetakan uang senilai triliunan dolar telah menyebabkan inflasi yang lebih tinggi.
Pencetakan uang telah menjadi masalah selama pandemi Covid-19. Laporan pada 2020 mengungkap hampir seperlima dari semua dolar AS yang beredar telah dicetak tahun itu. Pencetakan uang dolar berlanjut sepanjang 2021, dengan neraca Federal Reserve mencapai sekitar 9 triliun dolar AS atau lebih dari dua kali lipat ketimbang tahun lalu.
Terlepas dari masalah tersebut, komentar Nebati telah menuai kritik global. Seorang ekonom dan ahli strategi pasar negara berkembang senior di BlueBay Asset Management yang berbasis di London, Timothy Ash, mengatakan komentar Nebati tidak masuk akal.
"Ini gila dan memalukan bagi Turki. Turki membutuhkan profesional di posisi penting. Bagaimana bisa menteri keuangan negara G20 mengatakan hal seperti itu? Ini mempermalukan Turki," ujar Ash dilansir Middle East Monitor, Jumat (31/12).
Sejumlah pihak menilai komentar Nebati adalah bagian dari pendekatan ekonomi non-konvensional Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang lebih luas. Erdogan memiliki pengaruh terhadap bank sentral Turki. Dia meminta bank sentral untuk menurunkan suku bunga selama beberapa bulan terakhir. Hal ini menyebabkan ketidakpercayaan investor asing terhadap ekonomi Turki sehingga berkontribusi terhadap krisis keuangan negara tersebut.