Sabtu 01 Jan 2022 00:16 WIB

Kelebihan Screen Time Ganggu Kesehatan Mental Anak

'Screen time' anak yang berebihan berdampak buruk pada kesehatan mental anak.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
'Screen time' anak yang berebihan berdampak buruk pada kesehatan mental anak (Foto: ilustrasi)
Foto: www.freepik.com.
'Screen time' anak yang berebihan berdampak buruk pada kesehatan mental anak (Foto: ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama pandemi Covid-19, anjuran untuk lebih banyak di rumah turut dirasakan pula dampaknya oleh usia anak-anak. Namun sering kali momen di rumah ini dijadikan sebagai waktu melihat layar (screen time) yang cenderung berlebihan.

Peningkatan waktu layar elektronik kini dikaitkan dengan masalah kesehatan mental yang lebih buruk. Risiko ini lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki tingkat waktu layar yang lebih rendah selama pandemi Covid-19, menurut makalah JAMA Network Open baru-baru ini.

Baca Juga

Para peneliti melakukan studi kohort longitudinal antara Mei 2020 dan April 2021 di antara 2026 anak-anak Kanada berusia antara dua hingga 18 tahun. Studi mengukur hasil utama dengan depresi dan kecemasan dan hasil sekunder yaitu masalah perilaku, lekas marah, hiperaktif, dan kurang fokus.

Orang tua mengisi kuesioner tentang kesehatan mental anak-anak mereka selama pandemi. Mereka sekaligus mendokumentasikan berapa lama anak-anak menonton televisi atau waktu yang dihabiskan di perangkat elektronik. Itu termasuk waktu media digital, video game, pembelajaran elektronik, dan juga waktu video-chatting.

“Dibandingkan dengan anak-anak dan remaja dengan penggunaan layar lebih rendah, mereka yang menggunakan layar lebih tinggi memiliki tingkat gejala kesehatan mental yang lebih tinggi,” kata penulis studi Dr Catherine S Birken kepada United Press International (UPI), dilansir Fox News, Sabtu (1/1).

Semakin banyak waktu yang dihabiskan anak-anak di depan layar, semakin besar pula efek yang ditimbulkan. American Academy of Pediatrics dan Canadian Pediatric Society merekomendasikan tidak lebih dari satu hingga dua jam penggunaan layar per hari. Birken mencatat waktu layar harian di antara anak-anak dan remaja dalam penelitian ini secara substansial di atas batas yang disarankan yaitu kurang dari satu hingga dua jam per hari.

Penulis mencatat hasil ini sebagian dijelaskan karena penelitian dilakukan di tengah pandemi ketika sekolah ditutup selama beberapa bulan di Kanada. Namun bahkan setelah sekolah dibuka kembali, peningkatan waktu layar tampaknya memiliki efek yang bertahan lama.

Pada mereka yang menonton televisi atau menggunakan perangkat elektronik lebih dari dua atau tiga jam per hari, anak-anak yang lebih muda (dengan usia rata-rata hampir enam tahun) lebih mungkin mengalami masalah perilaku, hiperaktif, dan kurang fokus. Sedangkan anak-anak berusia lebih besar lebih mungkin memiliki gejala depresi, kecemasan, dan kurang fokus.

Tingkat waktu video game yang tinggi dikaitkan dengan depresi, lekas marah, kurang fokus, dan hiperaktif, yang konsisten dengan beberapa penelitian pra-pandemi, menurut makalah tersebut.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, termasuk desain penelitian. Para peneliti hanya mempelajari anak-anak Kanada keturunan Eropa. Selain itu, karena sebagian besar anak-anak memiliki diagnosis kesehatan mental sebelum penelitian, tantangan kesehatan mental mereka sendiri dapat berkontribusi pada waktu layar yang lebih tinggi.

Para penulis menyimpulkan, dalam studi kohort ini, berbagai jenis penggunaan layar dikaitkan dengan gejala kesehatan mental yang berbeda pada anak-anak dan remaja selama Covid-19. Itu menunjukkan bahwa tidak semua penggunaan layar adalah sama.

Temuan dapat membantu menginformasikan pedoman kesehatan masyarakat yang mempertimbangkan berbagai bentuk penggunaan layar dalam pencegahan gangguan kesehatan mental pada anak-anak dan remaja selama pandemi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement