Sabtu 01 Jan 2022 00:01 WIB

Pesan Ketua Umum PBNU di Dzikir Nasional Republika

Ketum PBNU berikan tausiyah di acara Dzikir Nasional Republika.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Pesan Ketua Umum PBNU di Dzikir Nasional <em>Republika</em>. Foto;   Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Pesan Ketua Umum PBNU di Dzikir Nasional Republika. Foto; Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Gus Yahya Cholil Staquf periode 2021-2026, menyampaikan pesan-pesannya di acara Dzikir Nasional 2021 bertema "Terus Membersamai Kebaikan" yang diselenggarakan Republika setiap malam pergantian tahun, Jumat (31/12).

Gus Yahya mengatakan, Nabi Muhammad SAW diutus kepada seluruh umat manusia dengan membawa syariat. Karena mandat dari Nabi Muhammad SAW adalah mandat peradaban.

Baca Juga

"Mandat untuk memuliakan peradaban, itu sebabnya beliau (Rasulullah SAW) bersabda, sesungguhnya aku (Nabi Muhammad) diutus tidak lain kecuali untuk menyempurnakan akhlak," kata Gus Yahya saat memberikan tausiyah pada acara Dzikir Nasional 2021, Jumat (31/12).

Ia menjelaskan, akhlak yang mulia dan menyempurnakan peradaban yang mulia, di dalam syariat bisa dikenali tujuan-tujuannya untuk melindungi kepentingan manusia dan untuk memuliakan manusia. Kemudian oleh para ulama dibuatkan rumusan-rumusan dan disebut maqashid syariah atau tujuan-tujuan syariah.

Ia mengatakan, tujuan syariah itu bertumpu pada satu tujuan yang paling dasar. Yaitu mengupayakan yang bermanfaat, yang membawa maslahat bagi umat manusia, dan mencegah kerusakan.

"Kedudukan kita sebagai manusia dalam hal ini tetap saja adalah mengupayakan dan mengikhtiarkan kebaikan-kebaikan dan kemaslahatan-kemaslahatan itu," ujarnya.

Gus Yahya mengatakan, sedangkan apa yang manusia harapkan sebagai hasil dari ikhtiar mereka, semuanya tergantung kepada Allah. Oleh karena itu di dalam berikhtiar, manusia tidak bisa meninggalkan dzikir.

"Karena dengan dzikir itu kita mengingat Allah, dengan dzikir itu juga kita mengukuhkan prasangka baik kita kepada Allah, maka jelas sebagai manusia, sebagai orang beriman, kita tidak boleh berhenti berbuat baik dengan bertawakal kepada Allah SWT," kata Gus Yahya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement