REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menilai tahun baru 2022 sebagai penanda waktu tentang masa lalu, hari ini, sekaligus masa mendatang.
Momen tahun baru mengandung makna evaluasi dan mawas diri. Tentang hal ini, semua merasakan selama 2021 bekal nilai-nilai agama telah mampu menguatkan kita sebagai bangsa dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Tahun baru juga sekaligus disebut menyimpan makna optimisme dalam menatap masa depan. Menyongsong tahun 2022, Menag meminta meningkatkan kesadaran akan pentingnya memposisikan nilai-nilai agama sebagai inspirasi dan motivasi untuk terus berbuat kebaikan.
“Baik evaluasi, mawas diri, maupun sikap optimis dalam menyambut tahun baru, ketiganya penting dilakukan agar kita bisa menjadi orang yang beruntung, yang terus berusaha agar hari ini lebih baik daripada hari kemarin,” kata Menag Yaqut dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Sabtu (1/1).
Menag menambahkan, pemerintah mencanangkan 2022 sebagai Tahun Toleransi. Hal ini akan menjadi tonggak sejarah (milestone) atas upaya menjadikan Indonesia sebagai barometer kerukunan umat beragama di dunia.
Menag menyebut dirinya yakin Indonesia mampu mencapai cita-cita tersebut. Hal ini didasari karakter masyarakat yang sangat toleran dan menghargai perbedaan.
"Berawal dari pencanangan Tahun Toleransi di 2022, kita ingin menjadikan Indonesia barometer kehidupan yang rukun dan harmoni dalam keberagaman dunia,” lanjutnya.
Menurut Gus Yaqut, hal ini akan diukur bersama melalui indeks keberagamaan atau religiosity index. Dalam jangka menengah, indeks tersebut akan mengukur perilaku keberagamaan di Indonesia setiap tahun secara berkala hingga 2024.
“Selamat tahun baru 2022. Terus rajut persaudaraan dan mari bangkit bersama untuk masa depan Indonesia yang maju, toleran dan rukun dalam keragaman,” ujar dia.