Sleman Susun Penanganan Klitih Jangka Pendek dan Panjang
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Tempat kejadian klitih dipajang saat Pameran Klitih di Galeri Lorong, Yogyakarta, Selasa (30/3). Pameran dengan tajuk The Museum of Lost Space ini menceritakan lini masa fenomena klitih di Yogyakarta. Beberapa senjata tajam yang digunakan, pemberitaan klitih di media, hingga wawancara dengan pelaku ada di sini. Pameran karya dari Yahya Dwi Kurniawan ini menjelaskan bagaimana fenomena klitih terjadi, serta mendiskusikan bagaimana solusi kejahatan jalanan ini. | Foto: Wihdan Hidayat / Republika
REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Kembali maraknya kasus klitih yang terjadi di Kabupaten Sleman kian meresahkan. Beberapa waktu terakhir, kasus klitih telah mengakibatkan jatuhnya korban. Hal tersebut turut menjadi perhatian Bupati Sleman, Kustini Purnomo.
Menanggapi kondisi itu, Kustini menyebut perbuatan kriminal kejahatan jalanan (klitih) ini merupakan kasus yang perlu segera diselesaikan. Ia berpendapat, untuk menyelesaikan itu tidak bisa tidak harus melibatkan seluruh pihak.
Menurut Kustini, remaja usia produktif memiliki kesempatan untuk menjadi anak kreatif dengan memberikan kesempatan terlibat dalam kegiatan positif. Baik di bidang akademis maupun non-akademis seperti olahraga, kesenian dan lain-lain.
Apalagi, dari beberapa kasus anak-anak rata-rata masih kurang edukasi, terutama akibat perbuatan itu bisa berurusan hukum. Karenanya, jika anak-anak memiliki energi lebih ini diarahkan kepada hal-hal positif, tentu akan sangat bagus.
Kustini sepakat, jika kejahatan klitih merupakan tindakan kriminal yang tidak dibenarkan dalam norma masyarakat maupun hukum. Untuk itu, ia mengajak seluruh pemangku kepentingan terkait untuk terlibat aktif dalam permasalahan tersebut.
Terutama, peran aktif dari orang tua. Sebab, lanjut Kustini, sebenarnya ini perlu kepekaan orang tua. Perlu dipantau aktivitas anak-anak di atas 21.00 WIB itu mau apa saja dan harus tegas jika mereka cuma ingin main atau ingin kumpul.
"Karena, kalau dari keluarga saja istilahnya membiarkan, tentu ini tidak akan selesai," kata Kustini di Pendopo Parasamya Setda Sleman, Jumat (31/12).
Tidak cuma melalui kerja sama, Pemkab Sleman lama mengaktifkan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIKR). Diisi oleh remaja-remaja yang membentuk pelayanan informasi dan konseling tentang Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja.
Tapi, dalam rangka mengedukasi tentang perilaku menyimpang. Sebab, ia menilai, ini sebenarnya bahasa antar remaja, sehingga Sleman sudah pula melakukan itu dan akan diintensifkan lagi melalui PIKR dan edukasi sebaya sampai level dasawisma.
"Saya yakin jika komunikasi antar remaja berjalan maksimal, klitih akan semakin berkurang dan selesai," ujar Kustini.
Lalu, Pemkab Sleman memberi perhatian untuk menunjang tersalurkan jiwa kreatif dan tidak bisa diam remaja. Kustini menyebut, fasilitas wifi gratis padukuhan dan pusat olahraga kapanewon akan jadi solusi penanganan klitih jangka menengah.
Ia berharap, bakat dan minat remaja lebih bisa disalurkan bisa dengan olahraga atau belajar. Jadi, dua program ini salah satunya terintegrasi ke pengembangan bakat dan minat remaja agar tidak disalurkan kepada perilaku yang menyimpang.
Kemudian, langkah jangka pendek yang akan segera dilakukannya meminta Satpol PP bersama lintas sektoral lain untuk mengintensifkan patroli pada jam-jam rawan. Terutama, pengawasan kepada titik-titik yang selama ini rawan tindakan klitih.
Selain itu, bersama kepolisian akan berkolaborasi untuk pemasangan CCTV untuk memantau. Saat ini, Sleman sedang merancang indikator-indikator yang berkaitan dengan klitih agar upaya-upaya selanjutnya bisa lebih masuk akar permasalahan.
"Harapan kita semua Sleman aman, Yogya (DIY) aman dan remaja-remaja ini menjadi agen-agen perubahan yang berdampak positif," kata Kustini.