Ahad 02 Jan 2022 12:27 WIB

India Kirim 500 Ribu Dosis Vaksin Covid-19 ke Afghanistan

India akan mengirim 500 ribu dosis tambahan dalam beberapa minggu mendatang.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Muhammad Fakhruddin
India Kirim 500 Ribu Dosis Vaksin Covid-19 ke Afghanistan (ilustrasi).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
India Kirim 500 Ribu Dosis Vaksin Covid-19 ke Afghanistan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,NEW DELHI -- India memasok 500 ribu dosis vaksin Covid-19 ke Afghanistan sebagai bagian dari bantuan kemanusiaan. Kementerian Luar Negeri mengatakan, vaksin Covaxin diserahkan ke Rumah Sakit Indira Gandhi di ibu kota Afghanistan, Kabul.

Covaxin adalah vaksin buatan India yang diproduksi oleh perusahaan farmasi Bharat Biotech. India akan mengirim 500 ribu dosis tambahan dalam beberapa minggu mendatang.

Baca Juga

"Pemerintah India berkomitmen untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada orang-orang Afghanistan yang terdiri dari biji-bijian makanan, satu juta dosis vaksin Covid-19, dan obat-obatan penting yang menyelamatkan jiwa," ujar Kementerian Luar Negeri, dilansir Anadoly Agency, Ahad (2/1).

Bulan lalu, India mengirimkan 1,6 ton bantuan medis ke Afghanistan melalui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi untuk memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan ke Afghanistan. Resolusi tersebut mengizinkan pembayaran dana, aset keuangan atau sumber ekonomi lainnya, termasuk penyediaan barang dan jasa yang diperlukan untuk memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Afghanistan. 

Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki menyambut baik resolusi PBB tersebut. Dia mengatakan bahwa, resolusi itu dirancang oleh Amerika Serikat.

“Resolusi tersebut juga meminta pembaruan berkala oleh Koordinator Bantuan Darurat PBB untuk memastikan bantuan tersebut sampai ke penerima yang sesuai,” kata Psaki.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken juga menyuarakan dukungan untuk tindakan PBB dan otorisasi Departemen Keuangan. “Sanksi PBB adalah alat penting untuk menanggapi ancaman dan pelanggaran hak asasi manusia, tetapi kita harus memastikan sanksi ini tidak menghalangi pengiriman bantuan yang sangat dibutuhkan kepada rakyat Afghanistan,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Taliban merebut Kabul dari pemerintahan mantan Presiden Ashraf Ghani yang didukung AS. Pengambilalihan dilakukan di tengah penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan setelah perang 20 tahun.

Sejak itu, komunitas internasional dengan cepat bergerak untuk membekukan aset pemerintah Afghanistan. Dengan demikian, Taliban tidak dapat mengakses ke dana tersebut.  Washington membekukan hampir 9,5 miliar dolar AS aset Afghanistan pada Agustus.

Selain itu, banyak lembaga keuangan dam investor meninggalkan Afghanistan setelah Taliban kembali berkuasa. Gejolak itu mendorong krisis ekonomi dan krisis keuangan di Afghanistan.

Organisasi Kerjasama Islam (OKI) berjanji untuk membentuk dana perwalian kemanusiaan yang bertujuan memerangi kelaparan dan kemiskinan di Afghanistan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement