REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa studi terbaru berhasil memberikan pemahaman lebih menyeluruh mengenai varian omicron. Salah satunya terkait alasan mengapa varian omicron cenderung menyebabkan gejala Covid-19 yang lebih ringan.
Salah satu studi dilakukan oleh tim peneliti Jepang dan Amerika pada tikus dan hamster. Studi ini menunjukan bahwa varian omicron menyebabkan infeksi dengan tingkat pengrusakan yang lebih rendah dan sering kali hanya terbatas pada hidung, tenggorokan, dan batang tenggorok.
Studi ini juga menemukan bahwa varian omicron tidak begitu membahayakan paru-paru bila dibandingkan varian sebelumnya. Seperti diketahui, varian-varian sebelumnya dapat memicu kesulitan bernapas dan luka pada paru-paru. Tikus yang terinfeksi varian omicron juga mengalami penurunan berat badan dan kemungkinan kematian yang lebih rendah.
Dalam studi ini, peneliti juga menggunakan hamster Syrian. Pada studi-studi sebelumnya, hamster Syrian kerap mengalami sakit berat ketika terinfeksi oleh varian-varian Covid-19 lain. Namun ketika terinfeksi varian omicron, hamster Syrian tampak mengalami gejala yang lebih ringan.
"Ini mengejutkan, mengingat varian-varian lain menyebabkan infeksi berat pada hamster-hamster ini," ujar peneliti dan ahli virologi dari Washington University, dr Michael Diamond, seperti dilansir di News.com, Ahad (2/1).
Studi berbeda yang dilakukan tim peneliti dari University of Hong Kong juga menunjukkan hasil serupa. Studi ini menggunakan jaringan yang diambil dari saluran pernapasan manusia.
Ada 12 sampel dari paru yang digunakan dalam studi. Hasil studi menunjukkan bahwa varian omicron berkembang lebih lambat dibandingkan varian delta dan varian-varian lain.
Studi lebih lanjut tentu akan dilakukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih lanjut terkait varian omicron. Salah satunya adalah studi untuk mempelajari saluran pernapasan orang yang terinfeksi varian omicron.
Di sisi lain, temuan terbaru dalam studi-studi ini dapat menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi varian omicron lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan orang yang terinfeksi varian delta. Temuan ini juga sejalan dengan apa yang terjadi di beberapa wilayah, termasuk New South Wales.
Varian omicron memang memicu terjadinya peningkatan kasus Covid-19 baru di negara bagian Australia tersebut. Akan tetapi, angka perawatan di rumah sakit dan pasien di ICU tampak stabil. Jumlah pasien ICU yang membutuhkan ventilator juga mengalami penurunan.
"Perawatan di rumah sakit meningkat, tapi tidak dengan kecepatan yang sama seperti kasus baru," ujar Kepala Departemen Epidemiologi dari Deakin University, Catherine Bennett.
Profesor Bennet mengatakan, infeksi omicron yang sampai membutuhkan perawatan di rumah sakit memiliki rata-rata lama rawat yang lebih singkat dibandingkan rata-rata. Akan tetapi, masalah dari varian omicron adalah kemampuannya untuk menyebar dengan cepat.
"Studi ini menjawab pertanyaan mengenai apa yang mungkin terjadi di paru-paru namun tidak benar-benar membahas pertanyaan mengenai transmisibilitas," kata ahli virologi dari University of Pennsylvania Sara Cherry.