Senin 03 Jan 2022 09:40 WIB

Selama 2021, KRL Yogya-Solo Hanya 1,7 Juta Penumpang

Jumlah pengguna tertinggi tercatat pada Desember sejumlah 290.618 penumpang.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Bilal Ramadhan
Penumpang berada di dalam gerbong Kereta Rel Listrik (KRL) Yogya - Solo  di Stasiun Yogyakarta, Gedong Tengen, DI Yogyakarta, Selasa (2/3/2021). KRL yang baru saja diresmikan oleh Presiden Joko Widodo itu diharapkan dapat memudahkan mobilisasi masyarakat serta meningkatkan pariwisata dan sektor ekonomi lainnya.
Foto: Hendra Nurdiyansyah/Antara
Penumpang berada di dalam gerbong Kereta Rel Listrik (KRL) Yogya - Solo di Stasiun Yogyakarta, Gedong Tengen, DI Yogyakarta, Selasa (2/3/2021). KRL yang baru saja diresmikan oleh Presiden Joko Widodo itu diharapkan dapat memudahkan mobilisasi masyarakat serta meningkatkan pariwisata dan sektor ekonomi lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Masuki 2022 yang penuh tantangan, KAI Commuter kembali layani pelanggan KRL dengan semangat baru meski masih pandemi. Ini sejalan harapan KAI Commuter sebagai ekosistem transportasi urban andalan bagi masyarakat Indonesia.

VP Corporate Secretary KAI Commuter, Anne Purba mengatakan, selain Jabodetabek, KAI Commuter mulai Februari 2021 melayani operasional pelayanan perjalanan KRL di Yogyakarta-Solo. Sepanjang 2021, volume tercatat 1.739.454 pengguna.

Baca Juga

Dengan rata-rata pengguna per hari mencapai 5.325 pengguna. Jumlah pengguna tertinggi tercatat pada Desember sejumlah 290.618 pengguna atau 9.375 orang rata-rata pengguna per hari. Tahun lalu, pengguna terendah terjadi pada Juli.

Imbas pemberlakuan PPKM level IV pemerintah, yang mana KRL Yogyakarta-Solo hanya melayani 45.697 pengguna atau rata-rata melayani 1.474 pengguna per hari. Karenanya, Anne turut menyampaikan terima kasih kepada seluruh pengguna KRL.

"Terima kasih kepada pengguna jasa KRL yang telah berjuang bersama pada masa pandemi untuk menekan penyebaran Covid-19 dengan disiplin menjalankan prokes selama menggunakan KRL, selalu menaati seluruh syarat-syarat menggunakan KRL," kata Anne, Ahad (2/1).

Secara keseluruhan, KAI Commuter mampu melayani 124.865.365 pengguna mencakup Jabodetabek maupun Yogyakarta-Solo. Layanan bagi 124 juta lebih pengguna ini dilakukan berkolaborasi TNI, Polri, Dinkes dan petugas pemerintahan setempat.

Hal itu dimaksudkan agar layanan dapat diberikan semaksimal mungkin sesuai dan konsisten mengikuti protokol kesehatan yang berlaku. Ia berharap, kolaborasi yang ada untuk melayani masyarakat itu akan terjalin lebih baik pada tahun ini.

Komitmen mengutamakan protokol kesehatan dimungkinkan pula lewat peningkatan produktivitas perusahaan. Yang mana, tahun ini KAI secara bertahap menambah jumlah perjalanan dan rangkaian kereta yang melayani pengguna setiap harinya.

"Jika pada awal tahun setiap harinya mengoperasikan 964 perjalanan KRL dengan 91 rangkaian kereta di Jabodetabek, maka pada 2021 jumlah perjalanan telah mencapai 1.005 dengan 94 rangkaian kereta yang beroperasi," ujar Anne.

Penambahan perjalanan secara bertahap merupakan bentuk adaptasi dan antisipasi layanan KAI Commuter terhadap perkembangan regulasi pemerintah dan mobilitas masyarakat. Sepanjang 2021, ada 11 perubahan aturan Kementerian Perhubungan.

Perubahan dikeluarkan sesuai perkembangan penanganan pandemi. Selain prokes dan kapasitas layanan KRL, pada 2021 KAI Commuter mendukung pemulihan ekonomi serta aktivitas masyarakat lewat program vaksinasi yang berjalan di sejumlah stasiun.

Total, sudah 15.988 dosis vaksin yang diberikan dalam kegiatan vaksinasi di 13 stasiun KRL sepanjang tahun lalu. Kegiatan ini tidak hanya diikuti pengguna KRL, tapi juga masyarakat dan pemangku kepentingan lain yang ada di sekitar stasiun.

"Tahun ini, layanan KRL Jabodetabek maupun KRL Yogyakarta-Solo masih akan tetap mengikuti seluruh prokes yang berlaku. Perubahan terkait layanan dan aturan lain akan diinformasikan secara berkala mengikuti aturan dari pemerintah," kata Anne.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement