Selasa 04 Jan 2022 12:33 WIB

Media Independen Hong Kong Berguguran Akibat Tekanan China

Hong Kong pernah dikenal jadi surganya kebebasan pers yang tak bisa ditemui di China

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Penduduk Hong Kong antre pada Kamis (24/6) mengambil salinan edisi terakhir surat kabar pro-demokrasi Apple Daily. Hong Kong pernah dikenal jadi surganya kebebasan pers yang tak bisa ditemui di China.
Foto: EPA/Jerome Favre
Penduduk Hong Kong antre pada Kamis (24/6) mengambil salinan edisi terakhir surat kabar pro-demokrasi Apple Daily. Hong Kong pernah dikenal jadi surganya kebebasan pers yang tak bisa ditemui di China.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Sejumlah outlet berita pro-demokrasi Hong Kong diminta untuk tutup. Mereka tidak dapat lagi beroperasi di tengah tindakan keras yang meningkat terhadap kebebasan berpendapat di Hong Kong.

Hong Kong pernah dikenal sebagai surganya perbedaan pendapat, termasuk kebebasan pers dan berekspresi yang tidak terlihat di China daratan. Namun tahun lalu, pemerintah pusat di Beijing telah melakukan tindakan keras yang menyebabkan penutupan outlet berita independen, penghapusan monumen untuk perbedaan pendapat, dan pemilihan umum yang dihadiri oleh politisi pro-Beijing.

Baca Juga

Pendiri Citizen News mengatakan mereka akan berhenti terbit pada Selasa (4/1). Citizen News meyebut memburuknya kebebasan media di Hong Kong menempatkan mereka pada posisi yang mustahil.

“Kami semua sangat menyukai tempat ini. Sayangnya, apa yang ada di depan kita bukan hanya hujan lebat atau angin kencang, tetapi angin topan dan tsunami," kata Citizen News dalam sebuah pernyataan pada Ahad (2/1) ketika mengumumkan penutupan.