Mahasiswa ITS Rancang Robot Penghancur Sampah Lautan
Rep: Dadang Kurnia/ Red: Fernan Rahadi
Kampus ITS | Foto:
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang inovasi robot otomotis penghancur sampah plastik di perairan Indonesia, yang selama ini menjadi permasalahan serius. Robot otomotis yang dirancang menggabungkan teknologi superfluid dan internet of things (IoT) bertajuk Integrated Machinery Plastic Waste Cleanser yang diberi nama IMAN.
Farhan Fadlurrahman Sutrisno sebagai ketua tim menjelaskan, sepanjang 2020 terdapat sekitar setengah juta ton sampah plastik di laut Indonesia. Situasi ini menjadikan Indonesia sebagai kontributor sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. "IMAN diharapkan mampu menjawab permasalahan tersebut," ujar Farhan, Selasa (4/1).
Farhan menjabarkan, IMAN merupakan robot pencari dan penghancur sampah plastik di lautan yang dirancang terintegrasi oleh IoT. IMAN diakuinya dapat memudahkan dekomposisi sampah plastik tanpa harus dikumpulkan dan dipindahkan ke suatu tempat.
Mahasiswa Departemen Teknik Mesin itu pun menambahkan, IMAN dilengkapi dengan camera processing yang berguna untuk mencari dan mengidentifikasi jenis-jenis sampah saat beroperasi di lautan. Ketika benda asing yang terdeteksi sebagai sampah plastik, mulut robot akan terbuka secara otomatis dan sampah akan dibawa masuk oleh conveyor robot untuk diproses lebih lanjut.
“Pada conveyor terdapat penyaring, sehingga air tidak turut serta masuk ke dalam robot,” ujar Farhan.
Sampah kemudian akan masuk ke dalam tabung khusus dan didekomposisi memanfaatkan fluida superkritis hidrogen oksida (H2O). Proses dekomposisi dilakukan di suhu 373 derajat celcius dan tekanan 22 Mega Pascal, sehingga sampah plastik akan langsung terdekomposisi saat dialiri fluida superkritis H2O.
“Beberapa sampah plastik akan meninggalkan residu, namun dapat digunakan kembali sebagai plastik daur ulang,” kata mahasiswa angkatan 2020 tersebut.
Robot yang dirancang dengan dimensi 6,5 x 2,5 x 3,8 meter ini juga memanfaatkan panel surya sebagai suplai tenaga listrik. Farhan memaparkan, IMAN mampu bertahan hingga delapan jam operasional tergantung dengan intensitas pemrosesan sampah plastik yang dilakukan.
“Untuk memproses satu kilogram sampah dibutuhkan waktu tiga hingga enam menit dengan efektivitas mencapai 95,6 persen,” kata dia.
Farhan berharap, inovasi timnya tersebut dapat direalisasikan untuk menyelesaikan permasalahan sampah di lautan Indonesia. “Kami berharap bahwa IMAN tidak hanya menjadi solusi bagi bangsa ini, namun juga mampu menjawab permasalahan sampah plastik di tingkat dunia,” ujarnya.