Selasa 04 Jan 2022 17:05 WIB

In Picture: Produksi Gerabah Terkendala Cuaca

Produksi gerabah dari 100 biji per hari menjadi 60 biji per hari.

Rep: Aloysius Jarot Nugroho/ Red: Yogi Ardhi

Sejumlah perajin memproduksi kerajinan gerabah di Pagerjurang, Paseban, Bayat, Klaten, Jawa Tengah, Senin (3/1/2022). Menurut perajin, hasil produksi gerabah yang dijual dari harga Rp5 ribu hingga Rp850 ribu itu saat ini mengalami penurunan yang biasanya dapat memproduksi gerabah sebanyak 100 biji per hari menjadi 60 biji per hari karena cuaca yang tidak menentu saat musim penghujan. (FOTO : ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho)

Sejumlah perajin memproduksi kerajinan gerabah di Pagerjurang, Paseban, Bayat, Klaten, Jawa Tengah, Senin (3/1/2022). Menurut perajin, produksi gerabah yang dijual seharga Rp5 ribu - Rp850 ribu itu saat ini mengalami penurunan dari sebanyak 100 gerabah per hari menjadi 60 gerabah per hari karena kendala cuaca yang tidak menentu. (FOTO : ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho)

Sejumlah perajin memproduksi kerajinan gerabah di Pagerjurang, Paseban, Bayat, Klaten, Jawa Tengah, Senin (3/1/2022). Menurut perajin, produksi gerabah yang dijual seharga Rp5 ribu - Rp850 ribu itu saat ini mengalami penurunan dari sebanyak 100 gerabah per hari menjadi 60 gerabah per hari karena kendala cuaca yang tidak menentu. (FOTO : ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, Sejumlah perajin memproduksi kerajinan gerabah di Pagerjurang, Paseban, Bayat, Klaten, Jawa Tengah, Senin (3/1/2022). Menurut perajin, hasil produksi gerabah yang dijual dari harga Rp5 ribu hingga Rp850 ribu itu saat ini mengalami penurunan yang biasanya dapat memproduksi gerabah sebanyak 100 biji per hari menjadi 60 biji per hari karena cuaca yang tidak menentu saat musim penghujan. ANTARA FOTO/Aloysius

sumber : Antara Foto
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement