Rabu 05 Jan 2022 20:14 WIB

PKT Berkomitmen Rehabilitasi Terumbu di Bontang, Begini Ceritanya

PKT setiap tahun menurunkan 500 unit terumbu buatan di area konservasi

Rep: m nursyamsi/ Red: Hiru Muhammad
Anggota holding PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) telah 12 tahun menjalankan komitmen rehabilitasi terumbu karang di perairan Kota Bontang, sejak pertama kali digagas dan dilaksanakan pada 2009.
Foto: pupuk kaltim
Anggota holding PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) telah 12 tahun menjalankan komitmen rehabilitasi terumbu karang di perairan Kota Bontang, sejak pertama kali digagas dan dilaksanakan pada 2009.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Anggota holding PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) telah 12 tahun menjalankan komitmen rehabilitasi terumbu karang di perairan Kota Bontang, sejak pertama kali digagas dan dilaksanakan pada 2009. 

Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi mengatakan PKT setiap tahun menurunkan 500 unit terumbu buatan di area konservasi seluas 20 hektare di perairan Tobok Batang Kota Bontang, Kaltim, yang terus dikembangkan secara kontinyu melalui berbagai peningkatan program. 

Baca Juga

"Tercatat hingga 2021, PKT telah menurunkan 6.322 terumbu buatan, dari awal hanya 256 unit yang berbentuk formasi lingkaran kecil," ujar Rahmad dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (5/1).

Rahmad menyebut formasi terumbu saat ini beragam, serta ditumbuhi secara alami 38 genus karang yang ditemui di seluruh area rehabilitasi. Kata Rahmad, pertumbuhan soft coral dan hard coral pun relatif baik sehingga dapat dijadikan sebagai parameter ukur ekosistem terumbu karang di daerah tersebut menjadi lebih baik.

Rahmad menyampaikan andil PKT berawal dari keprihatinan melihat kondisi terumbu karang perairan Bontang yang mengalami banyak kerusakan akibat berbagai faktor,  salah satunya metode penangkapan ikan yang bersifat destruktif oleh nelayan setempat, seperti menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan hingga bahan peledak dan bahan kimia beracun. 

Di sisi lain, ucap Rahmad, kesadaran masyarakat terhadap pelestarian atau konservasi sumber daya perairan juga masih rendah, yang mengakibatkan semakin sulitnya pengelolaan sumber daya terumbu karang secara rasional. 

Rahmad menyebut aktivitas penangkapan ikan tidak ramah lingkungan ini dikhawatirkan terus memicu kerusakan biota laut, jika tidak diikuti upaya pemulihan kondisi dan perubahan pola pikir masyarakat secara luas. Berdasarkan data Pemerintah Kota Bontang pada 2015, dari 5.464 hektare luas wilayah terumbu karang di perairan Bontang, 2.500 hektare di antaranya dalam keadaan rusak. Hal ini memacu PKT untuk terlibat sebagai bentuk tanggungjawab sosial Perusahaan terhadap lingkungan. 

"Guna memulihkan kembali fungsi dan peranan ekosistem terumbu karang sebagai habitat laut, PKT mengambil tindakan nyata melalui upaya rehabilitasi sumber daya karang yang sudah mengalami kerusakan," ucap Rahmad.

Rahmad mengatakan teknik rehabilitasi terumbu karang buatan menggunakan beton sebanyak 6.322 unit dengan luas mencapai 8.356 m2 dalam kurun waktu 2009 sampai 2021. Setelah penurunan perdana 256 unit pada 2009, selanjutnya PKT menurunkan 566 unit terumbu buatan pada 2011, membentuk formasi tulisan PKT.

Pada 2012 ditambah 1.000 unit terumbu buatan dalam 2 periode pemasangan, lalu pada 2013 sebanyak 500 unit, pada 2014 sebanyak 500 unit dan 2015 dipasang 500 unit. "Setelah melihat hasil yang mulai siginifikan, pada 2017 hingga 2021 secara konsisten PKT menurunkan 500 unit terumbu buatan per tahun, dengan bentuk formasi piramida kerangka kubus," kata Rahmad. 

Sejak 2017, lanjut Rahmad, PKT juga mulai memberdayakan nelayan di Kelurahan Loktuan, Bontang Utara, sebagai kawasan terdekat Perusahaan untuk pembuatan hingga penurunan dan perawatan terumbu buatan secara berkala. Langkah ini hasil musyawarah dengan Pemerintah Kota Bontang melalui Kelurahan Loktuan agar masyarakat ikut andil dalam menjaga ekosistem perairan. 

"Nelayan binaan yang tergabung dalam kelompok Kimasea ini awalnya merupakan para pencari ikan dengan cara tidak ramah lingkungan, yang sengaja digandeng untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga ekosistem perairan dengan baik," kata dia.

Rahmad mengatakan seluruh anggota kelompok dibekali berbagai keterampilan, mulai dari pelatihan pembuatan media terumbu buatan, hingga kemampuan teknik transplantasi terumbu dan sertifikasi menyelam. Rahmad menyebut anggota kelompok juga berperan dalam menjaga konservasi terumbu, dengan melakukan pemantauan secara rutin dan mengedukasi nelayan lain untuk tidak lagi menangkap ikan secara destruktif. 

"Kini kelompok Kimasea telah meninggalkan kebiasaan pencarian ikan dengan cara illegal. Bahkan mereka secara sukarela juga bersedia menjaga terumbu karang buatan yang telah diturunkan melalui monitoring berkala," sambung Rahmad. 

Selain didapati 38 genus karang, ucap Rahmad, kawasan rehabilitasi terumbu buatan PKT ini juga mengalami peningkatan jenis ikan mencapai 38 family ikan karang dari sebelumnya 6 family ikan karang pada 2009, dengan indeks keanekaragaman hayati karang sebesar 3,21 dan indeks keanekaragaman hayati ikan karang 1,94 pada pemantaun terahir. Beberapa jenis ikan karang yang ditemukan di sekitar terumbu buatan PKT adalah ikan kepe-kepe (butterflyfish), kakatua (parrotfish), kakap (snapper), kerapu (grouper), botana (surgeonfish), baronang (rabbitfish), ikan ekor kuning (fusilier), ikan bibir tebal (sweet lips) dan udang mantis.

Dari jenis tersebut, Rahmad katakan, ikan yang dominan ditemukan pada kurun 2009 hingga 2016 yakni ikan pemakan algae pada permukaan terumbu buatan, seperti parrotfish, rabbitfish dan surgeonfish. Ada juga ikan fusilier yang merupakan pemakan plankton, yang tersebar di sekitar terumbu buatan. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement