REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengakui, semua kelompok sasaran yang telah mendapatkan vaksin Covid-19 dua dosis seharusnya kembali mendapatkan penguat (booster). Sebab, ada penurunan kemampuan vaksin dalam perlindungan tubuh usai 7 bulan disuntik.
Menurut Dicky, pelaksanaan vaksin booster berbeda dengan satu dan dua karena target utama pemerintah adalah mencapai dua dosis. Tetapi pada gilirannya semua masyarakat yang harus mendapatkan booster tidak terhindarkan.
"Sebab, fakta sains menunjukkan untuk menghadapi varian omicron ternyata dua dosis vaksin tidaklah cukup. Apalagi ada penurunan proteksi setelah 7 bulan (disuntik), jadi semua masyarakat harus mendapatkan booster," ujarnya saat dihubungi Republika, Kamis (6/1).
Kendati demikian, ia menyadari kalau pemerintah menghadapi beban yang lebih besar. Sehingga, ia merekomendasikan pemerintah membuat prioritas. Kemudian mekanismenya harus lebih fleksibel menyikapi situasi. Ia meminta vaksin Covid-19 booster pertama kali diberikan pada kelompok berisiko.
"Sejak awal saya mengusulkan penerima vaksin booster adalah kelompok berisiko tinggi seperti lansia, yang punya penyakit penyerta (komorbid), atau yang punya risiko tinggi dalam pekerjaannya yaitu petugas pelayanan publik atau tenaga kesehatan," ujarnya.