Kamis 06 Jan 2022 18:50 WIB

Menlu Wang Yi Kunjungi Kenya, Lihat Proyek Terbesar Didanai China

China adalah pemberi utang terbesar kedua di Kenya setelah Bank Dunia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi.
Foto: AP/Tiziana Fabi/AFP POOL
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi.

REPUBLIKA.CO.ID, MOMBASA -- Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi akan mengunjungi proyek infrastruktur yang didanai Beijing di Kenya. Wang juga membahas peluang ekonomi masa depan dengan Presiden Uhuru Kenyatta selama kunjungan ke Kenya pada Kamis (6/1/2022).

Wang tiba di kota Mombasa pada Rabu (5/1/2022) malam. Ini merupakan perhentian pertama Wang dalam tur tiga negara di Afrika.

Baca Juga

China adalah pemberi pinjaman terbesar kedua di Kenya setelah Bank Dunia. China juga telah mendanai sejumlah proyek infrastruktur mahal. Proyek infrastruktur ini telah menimbulkan kekhawatiran terkait kemampuan Kenya untuk membayar pinjaman dari China.

Selama di Kenya, Wang akan mengunjungi Pelabuhan Mombasa. China sedang membangun terminal baru senilai 353 juta dolar AS, untuk memungkinkan berlabuhnya kapal tanker minyak yang lebih besar. Wang juga dijadwalkan bertemu Kenyatta dan tim menteri untuk membahas kesepakatan perdagangan dan investasi, kesehatan, keamanan, perubahan iklim, dan transfer teknologi hijau.

 "Kunjungan itu memberi kedua negara kesempatan untuk meningkatkan hubungan bilateral dengan menandatangani perjanjian," kata Kementerian Luar Negeri Kenya dalam sebuah pernyataan, dilansir Al Arabiya.

Beijing mendanai proyek infrastruktur paling mahal di Kenya yang mendeklarasikan kemerdekaan dari Inggris pada 1963. China memberikan pinjaman senilai 5 miliar dolar AS untuk pembangunan jalur kereta api dari Mombasa yang dibuka pada 2017.

Selama kunjungan ke Mombasa pada Januari 2020, Wang menggambarkan pembangunan jalur kereta api sebagai tolak ukur dari Inisiatif Belt and Road, untuk meningkatkan hubungan perdagangan di seluruh dunia dengan membangun infrastruktur penting.

China adalah mitra dagang terbesar Afrika dengan total nilai perdagangan langsung sekitar lebih dari 200 miliar dolar AS pada 2019.

China kerap dituduh menggunakan status krediturnya untuk mendapatkan konsesi diplomatik dan komersial. Selain itu, Cina juga membantah tuduhan bahwa mereka menerapkan jebakan utang kepada negara-negara miskin Afrika, dengan menjadikan aset utama mereka sebagai jaminan.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
سَيَقُوْلُ الْمُخَلَّفُوْنَ اِذَا انْطَلَقْتُمْ اِلٰى مَغَانِمَ لِتَأْخُذُوْهَا ذَرُوْنَا نَتَّبِعْكُمْ ۚ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يُّبَدِّلُوْا كَلٰمَ اللّٰهِ ۗ قُلْ لَّنْ تَتَّبِعُوْنَا كَذٰلِكُمْ قَالَ اللّٰهُ مِنْ قَبْلُ ۖفَسَيَقُوْلُوْنَ بَلْ تَحْسُدُوْنَنَا ۗ بَلْ كَانُوْا لَا يَفْقَهُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا
Apabila kamu berangkat untuk mengambil barang rampasan, orang-orang Badui yang tertinggal itu akan berkata, “Biarkanlah kami mengikuti kamu.” Mereka hendak mengubah janji Allah. Katakanlah, “Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami. Demikianlah yang telah ditetapkan Allah sejak semula.” Maka mereka akan berkata, “Sebenarnya kamu dengki kepada kami.” Padahal mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali.

(QS. Al-Fath ayat 15)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement