Kamis 06 Jan 2022 19:00 WIB

Satgas: Lonjakan Signifikan Kasus Omicron Wajib Dikendalikan

Satgas menyebut lonjakan kasus varian Omicron harusnya jadi kewaspadaan bersama

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito. Wiku Adisasmito meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaannya terhadap perkembangan kasus varian Omicron. Pasalnya, pada sejumlah indikator menunjukan terjadinya tren kenaikan yang harus menjadi perhatian.
Foto: Satgas Covid-19
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito. Wiku Adisasmito meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaannya terhadap perkembangan kasus varian Omicron. Pasalnya, pada sejumlah indikator menunjukan terjadinya tren kenaikan yang harus menjadi perhatian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaannya terhadap perkembangan kasus varian Omicron. Pasalnya, pada sejumlah indikator menunjukan terjadinya tren kenaikan yang harus menjadi perhatian.

Wiku menekankan, kenaikan sejumlah indikator ini menjadi alarm dini untuk melakukan pengendalian kasus. "Pada beberapa waktu terakhir, data mulai menunjukan perkembangan yang kurang baik pada beberapa indikator kasus. Hal ini sudah seharusnya menjadi kewaspadaan kita bersama, terutama mengingat kunci keberhasilan pencegahan lonjakan kasus adalah kesigapan penanganan sedini mungkin," kata Wiku saat konferensi pers, Selasa (6/1).

Baca Juga

Tren kenaikan tersebut terlihat pada empat indikator, yakni kasus positif, kasus aktif, positivity rate, serta BOR isolasi. Pada indikator kasus positif, Satgas mencatat terjadinya tren peningkatan dalam 14 hari terakhir. Meskipun peningkatan harian cenderung fluktuatif, namun penambahan kasus harian terakhir telah mencapai angka 404.

“Meningkat cukup signifikan jika dibandingkan dengan kasus harian 2 minggu sebelumnya yaitu hanya 136 kasus,” jelasnya.

Kedua yakni tren peningkatan pada jumlah kasus aktif harian dalam seminggu terakhir. Wiku mengatakan, pada minggu lalu jumlah kasus aktif sebesar 4.300 kasus, namun per 5 Januari 2022 jumlah kasus aktif naik menjadi 4.800.

Indikator ketiga yakni positivity rate atau proporsi orang yang dideteksi positif dari keseluruhan orang yang dites. Pada indikator inipun juga menunjukan tren kenaikan meskipun cenderung fluktuatif jika dilihat per hari.

“Jika pada 2 minggu lalu positivity rate harian adalah sebesar 0,07 persen, saat ini meningkat menjadi 0,19 persen,” tambah Wiku.

Terakhir yakni peningkatan yang terjadi pada keterisian tempat tidur nasional atau BOR isolasi di rumah sakit rujukan. Kenaikan ini konsisten terjadi dalam 14 hari terakhir. Pada 2 minggu lalu, keterisian tempat tidur isolasi hanya sebesar 1,38 persen, namun saat ini telah meningkat menjadi 3,35 persen.

Wiku menegaskan, tren kenaikan pada keempat indikator ini menunjukan terjadinya peningkatan penularan di masyarakat. Karena itu, diperlukan langkah pengendalian dini agar tak terjadi lonjakan kasus, yakni dengan memasifkan testing dan tracing, serta mengoptimalkan kerja posko untuk menggalakkan kedisiplinan prokes 3M.

“Artinya, jika tidak dikendalikan sejak saat ini jumlah orang positif yang meningkat ini dapat menulari lebih banyak orang dan berpotensi menimbulkan kenaikan kasus yang lebih tinggi lagi di masyarakat,” jelas Wiku.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement