REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pokok kebaikan itu adalah perilaku yang baik antar-sesama. Siapapun dia, baik laki-laki maupun perempuan. Keduanya dituntut untuk memiliki akhlak mulia dalam berelasi satu sama lain. Sehingga laki-laki berhak memperoleh penghormatan, begitu pun perempuan.
Selain ibadah individual yang harus dilakukan umat Islam agar selamat dari godaan dunia, ibadah sosial juga perlu dieratkan. Sebab para ahli ibadah bisa saja bangkrut di akhirat apabila alpa menjalankan ibadah sosial satu ini.
Dalam sebuah hadits, seseorang bertanya kepada Rasulullah ﷺ mengenai kebaikan dan keburukan. Nabi Muhammad ﷺ pun menjawab:
اْلبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ، وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِيْ نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
“Al-birru husnul-khuluq wal-itsmu maa haaka fi shadrika wa karihta an yatthali’a alaihi an-naasu.”
Yang artinya, “Kebaikan adalah akhlak mulia dan keburukan adalah sesuatu yang membuat hatimu ragu dan kamu tidak ingin orang lain melihat sesuatu itu (ada pada dirimu),”. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya.
Ustadz Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku 60 Hadis Hak-Hak Perempuan dalam Islam menjelaskan bahwa sering kali orang sulit membedakan kebaikan dari perbuatan dosa. Dalam hadits tersebut, Rasulullah ﷺ memberi panduan yang sangat sederhana.
Bahwa yang pertama adalah akhlak mulia dan segala perilaku yang baik. Sementara yang kedua adalah yang menjadikan seseorang gundah gulana dan membuatnya malu diketahui orang lain.
Dengan demikian, akhlak kepada orang lain pun penting diperhatikan. Sehingga laki-laki berhak memperoleh penghormatan, begitu pun perempuan.
Bahkan, kata Ustadz Faqih, dalam sebuah teks hadis riwayat Imam Muslim (nomor hadis 6744), seseorang bisa dianggap bangkrut secara moral agama jika melakukan suatu hal.
Yakni meskipun dia rajin beribadah ritual namun secara sosial justru menyakiti orang lain, menciderai, mengumpat, dan melakukan kekerasan.
Dalam lingkup keluarga, seorang suami maupun istri yang memiliki banyak ritual ibadah (ahli ibadah individual) namun di sisi lain sering menyakiti pasangan. Baik menyakiti dari perbuatan maupun dari kata-kata, sehingga dia bisa dianggap bangkrut moral agamanya.