Taj Yasin Ungkap Penyebab Cakupan Vaksinasi Daerah Masih Rendah
Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen. | Foto: dok. Istimewa
REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah terus megupayakan langkah-langkah untuk mendorong percepatan vaksinasi Covid-19 di kabupaten yang capaiannya masih rendah. Tak hanya melalui para tokoh agama maupun tokoh masyarakat, Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen pun turun langsung untuk menjadi ‘panglima’ percepatan vaksinasi di daerah yang masih rendah capaiannya.
Hal ini terungkap dalam diskusi bertajuk ‘Cegah Omicron dan Percepatan Vaksinasi Covid-19’ yang dilaksanakan di Stasiun RRI Semarang, Jumat (7/1). Dalam kesempatan ini, wagub menyampaikan, di Jateng pendekatan kepada masyarakat telah dilakukan secara langsung.
Pemprov juga telah menggandeng para tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tenaga medis atau dokter untuk memberikan edukasi pentingnya vaksin Covid-19 sebagai perlindungan bagi masyarakat.
“Saya kemarin sudah datang langsung ke Kabupaten Tegal dan Pemalang untuk mengecek langsung pelaksanaan vaksinasi. Saya juga silaturahim ke beberapa ulama dan pengasuh ponpes di sana,” ungkapnya.
Wagub tak menampik jika di Jateng masih ada kabupaten yang capaian vaksinasinya rendah, di bawah 70 persen. Seperti Kabupaten Tegal, Pemalang, Brebes, dan Kabupaten Jepara.
Sejumlah tokoh agama memberikan masukan supaya dilakukan percepatan vaksinasi dengan cara secara door to door atau mendatangi langsung dengan mengajak para dokter yang sudah dikenal dan dipercaya oleh masyarakat setempat.
Sebab di setiap daerah ada dokter yang sudah dikenal, dekat, dan dipercaya oleh warga. Maka dokter tersebut diminta datang memberikan edukasi dan menyuntikkan vaksin kepada warga.
“Ini hampir sama halnya saat kita sakit, kemudian datang ke dokter yang sudah kita kenal dan percaya. Maka saat bertemu dokter rasa sakitnya akan berkurang karena tersugesti sembuh,” terangnya.
Terkait adanya informasi sekelompok masyarakat yang belum divaksin dan masih menolak, hal itu bukan karena faktor tokoh masyarakat ataupun pihak lain.
“Melainkan karena warga yang bersangkutan memang takut dengan jarum suntik dan terpengaruh informasi-informasi bohong atau hoaks tentang dampak negatif vaksin Covid-19,” tambah Taj Yasin.