REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) resmi mengalihkan saham lima BUMN pangan, yakni PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, PT Sang Hyang Seri, PT Perikanan Indonesia, PT Berdikari, dan PT Garam kepada PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI sebagai induk holding BUMN pangan.
Hal ini menandai resmi terbentuknya holding BUMN pangan dengan dilakukan penandatanganan akta inbreng saham pemerintah antara RNI dan kelima BUMN pangan di Jakarta, Jumat (7/1).
Pembentukan holding pangan telah mendapatkan restu dari Presiden Joko Widodo melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 118 Tahun 2021 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara RI ke dalam modal saham PT RNI (Persero) serta dilengkapi dengan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 555/KMK.06/2021
tentang Penetapan Nilai Penyertaan Modal Negara RI ke dalam Modal Saham PT RNI (Persero) yang juga telah ditandatangani oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan, pembentukan Holding BUMN menciptakan nilai tambah, efisiensi, penguatan rantai pasok, hingga inovasi bisnis model.
"Adanya holding BUMN pangan juga menjadi prioritas utama dalam transformasi industri pangan mengingat Indonesia sebagai negara agraris," ujar Erick.
Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury mengatakan, penandatanganan akta inbreng merupakan momentum bersejarah mengingat terdiri atas penggabungan BUMN menjadi satu holding BUMN pangan.
Pahala menyebut, terbentuknya holding BUMN pangan ini juga sesuai keinginan Presiden Joko Widodo bahwa Indonesia membutuhkan sebuah BUMN pangan yang kuat melalui kemandirian pangan untuk merealisasikan visi Indonesia 2045, khususnya pada sektor pangan untuk peningkatan ketahanan pangan nasional.
"Dengan terbentuknya holding BUMN pangan diharapkan akan memperkuat sektor pangan secara keseluruhan dengan menggabungkan kekuatan secara bersama-sama, melalui upaya strategis juga dilakukan mulai dari meningkatkan kapasitas produksi, perluasan akses market dan jaringan distribusi pangan," ujar Pahala pada sambutan penandatanganan akta inbreng di Jakarta, Jumat (7/1).
Pahala menilai holding BUMN pangan dapat mengoptimalkan aset yang potensial, mengandalkan rantai pasok, serta penerapan teknologi dan digitalisasi bisnis.
Pahala juga menyebut, selain memiliki peran untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional, kehadiran holding pangan juga memberikan fokus lebih pada ekosistem pangan dan tentunya untuk meningkatkan inklusivitas petani, peternak, dan nelayan.
"Melalui holding BUMN pangan, banyak yang dapat dilakukan melalui kemitraan dengan petani, peternak dan nelayan, dan sesuai arahan Menteri BUMN untuk fokus pada peningkatan bisnis melalui program percepatan untuk mendukung performa holding BUMN pangan," ujar Pahala.
Direktur Utama RNI Arief Prasetyo Adi mengatakan, penandatanganan akta
inbreng ini merupakan tonggak sejarah bagi RNI sebagai induk holding BUMN pangan, mengingat proses yang dinamika panjang mulai pemerseroan salah satu anggota holding, permergeran, proses inbreng dan hari ini dibuktikan dapat terwujud terbentuknya holding pangan.
"Hari ini, Jumat (7/1) telah sah lahirnya holding BUMN pangan. Meski baru
dilahirkan, holding ini terbentuk atas kekuatan sektor pertanian, sektor perikanan, sektor peternakan, garam dan perdagangan logistik," ujar Arief.
Arief menyebut hal ini merupakan langkah awal holding BUMN pangan mewujudkan tiga sasaran utama, yakni mendukung ketahanan pangan nasional, inklusivitas petani peternak dan nelayan hingga menjadi perusahaan pangan berkelas dunia.
"Dalam waktu dekat di awal 2022, holding BUMN pangan juga akan launching brand nama dan logo baru holding BUMN pangan yang diagendakan akan dilakukan launching bersama Menteri BUMN Erick Thohir pada waktu mendatang," kata Arief.
Penandatanganan akta inbreng holding BUMN pangan disaksikan seluruh jajaran komisaris, direksi, dan karyawan lima BUMN pangan serta 11 anak perusahaan RNI Group, di antaranya Rajawali Nusindo, PT PG Rajawali I, PT PG Rajawali II, PTP Mitra Ogan, PT PG Candi Baru, PT Mitra Kerinci, PT Laras Astra Kartika, PT Mitra Rajawali Banjaran, PT Rajawali Tanjungsari Enjiring, PT Rajawali Citramass, dan PT GIEB Indonesia.