REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Amerika Serikat (AS) dan Jepang sepakat untuk berkolaborasi dalam pengembangan senjata pertahanan yang mampu melawan rudal hipersonik. Kedua belah pihak pun akan segera menandatangani kerja sama tersebut dalam waktu dekat.
"Kami meluncurkan perjanjian penelitian dan pengembangan baru yang akan memudahkan para ilmuwan kami, bagi para insinyur, dan manajer program untuk berkolaborasi dalam masalah terkait pertahanan yang muncul, mulai dari melawan ancaman hipersonik hingga memajukan kemampuan berbasis ruang angkasa," kata Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken dalam konferensi pers virtual seusai pertemuan dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Menteri Jepang pada Kamis waktu setempat, seperti dikutip laman Sputnik, Jumat (7/1/2022).
Menurut Blinken dalam beberapa hari mendatang AS dan Jepang akan menandatangani perjanjian negara tuan rumah baru selama lima tahun. Perjanjian itu akan mendukung kerangka kerja yang akan menginvestasikan sumber daya yang lebih besar untuk memperdalam kesiapan militer dan interoperabilitas.
Austin dalam sambutannya menggarisbawahi pentingnya aliansi AS-Jepang untuk menghadapi tantangan dari Korea Utara dan China di Pasifik. Austin, Blinken, Duta Besar AS untuk Jepang Rahm Emanuel bertemu secara virtual dengan Menteri Luar Negeri Jepang Hayashi Yoshimasa dan Menteri Pertahanan Jepang Kishi Nobuo untuk membahas berbagai masalah yang menjadi perhatian bersama.
Hayashi mengatakan, AS dan Jepang harus siap merespons secara efektif tantangan masa kini dan masa depan di kawasan, terutama untuk memiliki kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno mengatakan pada hari sebelumnya bahwa Jepang mengajukan protes terhadap Korea Utara melalui saluran diplomatik di Beijing atas peluncuran rudal terbaru Pyongyang yang diklaim sebagai rudal hipersonik.
Baca: Protes untuk Kunjungan Pemimpin Otoriter Kamboja ke Myanmar
Pada Rabu, Penjaga Pantai Jepang dan Kepala Staf Gabungan Korea Selatan telah mengamati proyektil yang tidak diketahui, yang diduga sebagai rudal balistik. Peluncuran ditembakkan oleh Korea Utara ke arah Laut Jepang. Itu adalah uji coba pertama senjata Korea Utara tahun ini. Sedangkan yang terakhir terjadi pada 19 Oktober 2021, ketika Korea Utara menguji rudal balistik kapal selam baru.
Baca: Sydney Bersiap, Omicron Diprediksi di Puncak Wabah pada Akhir Januari
Baca: Efek Tsunami Covid-19 Varian Omicron Menyapu Eropa