Jumat 07 Jan 2022 22:14 WIB

Cerita Awal Ramen Diciptakan Hingga Bedanya dengan Mi China

Meski tampak sama, ramen Jepang berbeda dengan mi China.

Meski tampak sama, ramen Jepang berbeda dengan mi China.
Foto: Wallpaperflare
Meski tampak sama, ramen Jepang berbeda dengan mi China.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ramen merupakan makanan yang berasal dari Jepang sudah jadi salah satu hidangan populer di Indonesia. Namun, seperti apa asal-usulnya?

Ramen berakar dari hidangan mie asal China yang kemudian menyebar di Jepang dan membaur dengan budaya makanan setempat. Dikutip dari laman raumen.co.jp, Jumat (7/1/2022), dibukanya pelabuhan di Jepang pada 1859 memberi akses masuknya pengaruh dari China dan negara-negara Barat, termasuk dalam hal makanan. 

Baca Juga

Dibangunnya pelabuhan juga dibarengi dengan dihapusnya larangan memakan daging yang hampir berlangsung selama 1.200 tahun. China Town yang muncul di Jepang diisi oleh restoran-restoran China yang menyuguhkan hidangan mie, cikal bakal dari ramen Jepang. 

Awalnya, makanan China dirasa terlalu mahal untuk masyarakat biasa. Meski demikian, makanan China menjadi sangat populer di Jepang. Dikutip dari informasi di museum Ramen Shin-Yokohama, Jepang, pedagang China sudah punya pengalaman berbisnis dengan orang Barat, mereka telah memiliki pelabuhan lebih awal dibandingkan Jepang. 

Orang-orang Barat membawa penerjemah China ketika mereka mengunjungi Jepang. Sebagian penerjemah adalah pedagang dan koki. 

 

Ramen seperti apa yang paling awal dibuat di Jepang?

Disebutkan, ramen pertama yang ada di Jepang adalah nankinsoba di Hakodate. Sebetulnya, ini merupakan sajian mie China, walau belum jelas apakah makanan itu bisa disebut ramen seperti saat ini.

Pelabuhan di Hakodate dibuka pada 1859. Kala itu ada iklan nankinsoba yang dimuat di Hakodate Shimbun pada 28 April 1884. Restorannya bernama Yowaken, sebuah restoran bergaya Barat. 

Yowaken juga memperkenalkan hidangan-hidangan Nankin. Waktu itu, nankinsoba dijual seharga 0,15 yen, setara dengan 2000 hingga 3000 yen untuk ukuran saat ini, harga yang lumayan mahal. Nankinsoba bisa jadi merupakan cikal bakal ramen, meski tidak ada yang mengetahui bentuk, deskripsi maupun fotonya.

Kemudian, banyak siswa dari China dikirim ke Jepang untuk belajar sistem Barat yang diadopsi Jepang. Pada 1906, jumlah siswa China yang ada di Jepang selama setahun mencapai rekor 12.000 orang.

Masyarakat China di Jepang kemudian membuka restoran dengan harga makanan murah untuk mengakomodasi siswa yang kurang cocok dengan makanan Jepang. Restoran dengan harga menu terjangkau ini kian menjamur. 

Restoran China sangat sukses di Kanda, Ushigome dan Hongo yang jadi tempat domisili siswa asal China. Gempa besar Kanto yang terjadi pada 1 September 1923 turut mempengaruhi dunia ramen. 

Terjadi desentralisasi pekerja profesional dan bertumbuhnya jumlah kedai. Koki-koki ramen berbondong-bondong mencari pekerjaan setelah kehilangan mata pencaharian di Tokyo.

Para koki ini kemudian mendirikan kedai ramen di tempat baru, salah satunya adalah kedai ramen Shinobu Honten di Sendai yang didirikan Hikoyoshi Sato, orang yang sebelumnya bekerja di kedai ramen di Kawasaki. Musibah gempa ini membuat koki-koki tak cuma berkumpul di suatu kawasan, yang pada akhirnya memperkenalkan ramen ke daerah lain di luar Tokyo, melahirkan ramen-ramen lokal, begitu pula kedai ramen yang harganya lebih terjangkau.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement