REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak menetap lebih rendah pada akhir perdagangan Jumat waktu New York atau Sabtu (8/1/2022) pagi WIB. Penurunan harga ini dipicu kekhawatiran pasokan dari kerusuhan di Kazakhstan dan penutupan produksi di Libya terhadap laporan pekerjaan AS yang meleset dari ekspektasi serta potensi dampaknya terhadap kebijakan Federal Reserve.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret merosot 24 sen atau 0,3 persen. Minyak Brent ditutup 81,75 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Februari jatuh 56 sen atau 0,7 persen, menjadi ditutup di 78,90 dolar AS per barel.
Namun demikian, Brent melonjak 5,2 persen dan WTI terangkat 4,9 persen untuk minggu pertama tahun ini. Harga ini mencapai level tertinggi sejak akhir November, didorong oleh kekhawatiran pasokan.
"Data ketenagakerjaan menyuntikkan tanda tanya ke mana kita akan pergi dari sini, dan ketakutan Omicron telah merayap kembali ke pasar," kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management.