REPUBLIKA.CO.ID, MINSK -- Kantor berita Belarusia melaporkan Presiden Alexander Lukashenko berbicara melalui sambungan dengan mantan diktator Kazakhstan Nursultan Nazarbayev. Bekas presiden itu menjadi target utama pengunjuk rasa yang turun ke jalan selama pekan ini.
Itu pertama kalinya Nazarbayev muncul sejak gelombang unjuk rasa melanda negara Asia Tengah. Setelah menjabat sebagai presiden selama hampir tiga dekade, ia mundur pada 2019 tapi tetap masih berkuasa sebagai ketua Dewan Keamanan Kazakhstan.
Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev mencopotnya dari posisi Ketua Dewan Keamanan pada Rabu (6/1/2022) kemarin setelah unjuk rasa pecah di seluruh penjuru negeri. Kazakhstan adalah negara yang terjepit antara Rusia, China, dan tiga negara bekas Uni Soviet lainnya.
Pada Sabtu (8/1/2022) kantor berita Belta melaporkan Lukashenko dan Nazarbayev "membahas detail urusan negara Kazakhstan". Tapi media milik pemerintah tersebut tidak menjelaskannya lebih lanjut.
Pasukan keamanan Kazakhstan tampaknya berhasil merebut kembali ibu kota Almaty, Jumat (7/1/2022). Satu hari setelah pasukan Rusia tiba untuk mengembalikan ketertiban usai kekerasan melanda kota tersebut selama beberapa hari.
Lukashenko juga menghadapi gelombang unjuk rasa tahun lalu setelah ia dianggap mencurangi pemilu. Ia berpaling ke Rusia untuk bantuan militer dan keuangan agar tetap berkuasa.
Keberadaan Nazarbayev masih belum diketahui dan menjadi sumber spekulasi. Terdapat laporan ia sudah melarikan diri dari Kazakhstan.
Baca: Kasus Omicron Melejit, India Kerahkan Tambahan 45.000 Dokter Muda
Penguasa Partai Komunis berusia 81 tahun itu menguasai Kazakhstan selama lebih dari tiga dekade usai Uni Soviet runtuh pada 1991. Ia dan keluarganya dianggap mengusai sumber-sumber ekonomi negara tersebut.
Unjuk rasa yang pecah pekan lalu dimulai dari protes kenaikan harga minyak. Kemudian pecah menjadi kemarahan terhadap Nazarbayev. Selama unjuk rasa para demonstran berseru "orang tua, mundur sana!".
Baca: Lampaui Delta, Covid-19 Omicron Buat AS Sentuh Rekor Kasus Tertinggi
Kasus Covid-19 di Seluruh Dunia Tembus 300 Juta