Ahad 09 Jan 2022 15:07 WIB

Setelah Tesla, Giliran Airbnb Rambah Xinjiang

Perusahaan penyewaan rumah dan penginapan berbasis daring Airbnb merambah Xinjiang

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Perusahaan penyewaan rumah dan penginapan berbasis daring Airbnb merambah Xinjiang. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/MATTIA SEDDA
Perusahaan penyewaan rumah dan penginapan berbasis daring Airbnb merambah Xinjiang. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Perusahaan penyewaan rumah dan penginapan berbasis daring Airbnb merambah Xinjiang, Langkah Airbnb ini menyusul perusahaan besar asal Amerika Serikat lainnya, Tesla, yang telah membuka diler di wilayah barat laut China yang dihuni etnis minoritas Muslim Uighur tersebut.

Ada lebih dari 300 properti di Urumqi, ibukota Daerah Otonomi Xinjiang, yang ditawarkan melalui platform Airbnb sebagaimana laporan media China, Ahad (9/1/2022). Sebelumnya raksasa otomotif berenergi terbarukan asal Texas, AS, membuka diler di Xinjiang pada pekan lalu. Kemudian diikuti oleh Airbnb yang berkantor pusat di Kalifornia, AS.

Baca Juga

Pembukaan dua perusahaan besar berjaringan global itu dilakukan di tengah AS menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah perusahaan dari Xinjiang terkait dengan adanya dugaan pelanggaran hak asasi manusia. Dua anggota parlemen AS pada Jumat (8/1/2022) mengirimkan surat kepada Airbnb untuk menanyakan daftar beberapa propertinya di Xinjiang karena ada yang berdiri di atas lahan milik perusahaan setempat yang terkena sanksi AS pada 2020.

Para anggota parlemen AS tersebut juga mempertanyakan Airbnb yang menjadi sponsor Olimpiade Musim Dingin (Winter Olympic) di Beijing bulan depan. "Tidak biasanya politikus AS menekan pengusaha. Ini mencerminkan pemerintah AS menghadapi tantangan domestik yang meningkat, seperti perpecahan sosial, sekaligus menunjukkan kebingungan Washington dalam memosisikan hubungan AS-Chhina pada tataran global," kata Prof Li Haidong dari Institut Hubungan Internasional, China Foreign Affairs University, dikutip Global Times.

Sebelumnya hal yang sama juga dilakukan AS dengan mendesak CEO Tesla Elon Musk untuk menutup dilernya di Xinjiang. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengemukakan kebohongan tentang Xinjiang yang dibuat oleh beberapa negara tidak dapat mengaburkan stabilitas, ketenangan, kemakmuran, dan kerukunan antarumat beragama di Xinjiang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement