Ahad 09 Jan 2022 15:24 WIB

Perbedaan untuk Kerukunan

Energi perbedaan dapat diminimalisasi, sehingga konflik dapat dicegah dan dihindari.

Relawan Pemuda Lintas Agama membagikan takjil dengan membawa poster ucapan selamat Ramadhan dan Lebaran kepada umat Muslim di Solo Baru, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (7/5/2021). Aksi tersebut sebagai wujud persatuan dan kesatuan serta mengingatkan pentingnya menjaga toleransi antar umat beragama.
Foto: MOHAMMAD AYUDHA/ANTARA
Relawan Pemuda Lintas Agama membagikan takjil dengan membawa poster ucapan selamat Ramadhan dan Lebaran kepada umat Muslim di Solo Baru, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (7/5/2021). Aksi tersebut sebagai wujud persatuan dan kesatuan serta mengingatkan pentingnya menjaga toleransi antar umat beragama.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Mas Nashihin

Perbedaan adalah anugerah Allah kepada manusia, baik perbedaan bangsa, suku, agama, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, dan lain-lain. Ini (perbedaan) adalah ketentuan Allah yang sudah final. Tidak ada yang salah dari keputusan Allah. Manusia tidak punya hak untuk mengubah atau protes atas keputusan Allah ini, dan memang manusia tidak akan mampu untuk melakukan itu. 

Ketentuan ini  telah disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya, “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (QS al-Hujurat [49]: 13)

Dalam ayat yang lain Allah berfirman, “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”  (QS Ar-Rum [30]: 21)

Termasuk dalam hal keyakinan dan agama, Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih antara jalan iman atau kufur, syukur atau ingkar. Perbedaan ini melengkapi keragaman yang telah ada sebelumnya. 

Pada dua ayat di awal, secara jelas disebutkan bahwa perbedaan yang ada adalah untuk saling mengenal, melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Dalam proses interaksi dan saling mengenal tersebut akan tersingkap titik persamaan.  Persamaan inilah yang menjadi titik temu di antara sekian ragam kelompok masyarakat, faksi-faksi, dan agama serta keyakinan. Oleh karena itu, semangat yang mesti dikedepankan adalah bagaimana menyikapi titik persamaan menjadi etika universal (nilai-nilai yang diterima semua kalangan). 

Melalui cara tersebut, energi perbedaan dapat diminimalisasi sehingga konflik dapat dicegah dan dihindari. Acuannya adalah titik persamaan dengan niat menghadirkan bentuk kerja sama dalam mewujudkan kepentingan dan tujuan kolektif. Di  sinilah kesepakatan bersama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara menjadi kunci keragaman sosial.

Dalam konteks pilar kebangsaan di negara Indonesia yang kita cintai ini, kita memiliki "Bhineka Tunggal Ika" yang berarti “berbeda tetapi tetap satu”. Melalui  Bhineka Tunggal Ika, kita bisa secara bersama merealisasikan tujuan nasional, yaitu mencerdaskan dan menyejahterakan bangsa secara kolektif seiring upaya mewujudkan tegaknya keadilan dan terbangunnya masyarakat beradab dalam bingkai iman kepada Tuhan yang Mahaesa.  

Di atas pilar ini pula kita berharap hadirya gairah berkompetisi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bukan sebaliknya malah menjadi konflik. Kompetisi yang diinginkan adalah kompetisi yang sehat menuju masyarakat yang adil dan sejahtera.  

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement